Berkaitan dengan blogku sebelumnya, “KetikaNepotisme dan Like or Dislike Berbicara”, kali ini aku akan melanjutkan kisah yang
terjadi pada dua manusia berinisial Mr.F dan Ms.R itu.
Sejak
Ms.R dinyatakan tidak diperpanjang kontraknya, terjadi dilema antara mereka
berdua. Profile picture dan status BBM yang dipasang oleh Mr.F menunjukkan
kekecewaan, walaupun ga secara spesifik menyebutkan kenapa dan siapa yang
dimaksud, tapi teman-teman disini yang membaca itu pasti udah tau maksudnya.
Selama bulan November lalu, mereka terlihat masih bekerja seperti biasa. Ya,
perlahan-lahan dalam hati sudah pasrah dan lebih bisa menerima keadaan.
Rupanya,
keadaan yang terlihat baik-baik saja itu ga bertahan lama. Pertengahan bulan November, Mr.F menjadi pergunjingan di
kalangan departemen BC karena kerjanya mulai ga fokus. Ia yang biasanya
semangat dan loyal pada pekerjaannya, jadi mulai sering izin ga masuk karena
sakit atau karena hal pribadi lain, jauh lebih santai, dan memantau operasional
F&B seadanya aja. Akibatnya, beberapa kali sang OM memanggil dia secara
pribadi. Ngajak diskusi, tanya-tanya apa ada masalah yang membuat dia jadi
kehilangan semangat kayak gitu. Tapi Mr.F selalu menjawab ga ada masalah apa-apa.
Lalu, ketika si OM ga berhasil membuka tabir tersembunyi Mr.F, akhirnya “yang
lebih berkuasa” turun tangan. Mr.F pun menghadap Ibu GM. Aku ga tau persis apa
yang mereka bicarakan, tapi pastinya ya membahas tentang hal itu.
Hari
demi hari berlalu, hingga masuklah bulan Desember. Semakin diperhatikan, fisik
Mr.F memang ada di sini, tapi hati dan konsentrasinya entah ada dimana. Suatu
hari, beredar kabar yang mengatakan bahwa Mr.F akan resign! Aha! Dugaanku benar
terjadi. Aku cukup surprise saat tau hal itu, apalagi para petinggi seperti OM
dan GM. Apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Mr.F? Motivasi apa yang
melatar belakangi ia mengambil keputusan itu? Apakah semata-mata karena faktor
ga ada Ms.R di kantor ini lagi?
Setelah
sekian lama menyimpan ‘rahasia’, akhirnya Mr.F buka suara. Ia mengambil
keputusan untuk resign karena melamar kerja di tempat lain, yaitu di sebuah
hotel bintang 5 yang terkenal. Memang belum fix diterima, tapi udah hampir
pasti. Jadi rencananya dia resign per tanggal 31 Desember. Keputusan yang cukup berani, soalnya dia masih berada pada
masa kontrak. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuknya baru akan berakhir
tanggal 28 Februari 2014. Dengan ia mengajukan resign per 31 Desember, berarti
ia harus membayar kepada perusahaan sisa masa kontraknya, yaitu sebesar 2 kali
gajinya. Hmmm… Cukup besar lho! Mungkin baginya ga masalah, karena sebentar
lagi dia kerja di hotel bintang 5, tentunya gajinya bakal lebih besar daripada
disini.
Kami
senang kalau ada teman yang punya niat untuk maju, tentunya kami ga akan menghalangi
teman yang mau keluar karena memilih karir di tempat yang lebih baik. Mr.F masih muda, punya potensi, dan kami
yakin kalau ia akan terus berkembang di tempat barunya. Apalagi bagi setiap
lulusan perhotelan, bekerja di hotel bintang 5 tersebut adalah “impian”.
Beruntunglah Mr.F karena mampu menggapai impian tersebut.
Segera
setelah Mr.F mengajukan resign, yang kelabakan adalah OM dan HRD. Ya iyalah,
soalnya kami harus memilih orang yang menggantikan posisi F&B Manager. Maunya
mengangkat supervisor disini, supaya ada jenjang karir, tapi juga pasang iklan
lowongan agar ga menutup kemungkinan terjaring orang luar yang mumpuni. Mr.F pun laris “ditanggap” banyak orang untuk
dimintai cerita: kenapa resign, bagaimana prosedur seleksi di sana, kapan mulai
masuk disana, dan sebagainya
Kalau
aku, tetep pada keingintahuanku dari awal: apakah Mr.F resign ini
semata-mata mengejar karir di hotel bintang 5 itu atau karena terpengaruh oleh
keluarnya Ms.R? Kalaupun memang betul ingin mengejar karir, kenapa harus
buru-buru? Kan bisa menunggu sampai kontraknya selesai di akhir Februari,
daripada harus membayar ke perusahaan sebesar sisa kontrak itu? Yang paling kecewa dengan
keluarnya Mr.F adalah sang GM, karena beliau yang “membawa” Mr.F ke hotel ini.
Pastinya beliau berharap agar Mr.F turut andil memajukan hotel ini. Beberapa kali
Ibu OM dan GM menanyakan keseriusan Mr.F untuk resign itu. Ya semacam “menahan
supaya ga resign” gitu lah… Tapi Mr.F tetep pada keputusannya. Akhirnya
manajemen bisa menerima dan menghormatinya.
Seharusnya,
ketika seseorang memutuskan untuk resign, dia harus tetap konsentrasi dan
melakukan pekerjaannya sampai tuntas. Tapi Mr.F agaknya udah bener-bener ga
fokus disini. Melihat hal itu, marahlah sang GM, “Buat apa dipertahankan di
sini kalau sudah ga efektif begitu?”, sehingga beliau menyuruh Mr.F segera
resign aja, per tanggal 15 Desember. Beliau udah ga mempermasalahkan hitungan
“setengah bulan” Desember yang ditinggalkan Mr.F, padahal mestinya masih
menjadi tanggung jawabnya. Semua file F&B, juga rincian tugas dan tanggung jawab
sebagai FB Manager diserah terimakan kepada OM (sementara, karena belum dapat
penggantinya). Jadi, Mr.F beneran resign per tanggal 15 Desember lalu... Ya, mendadak
sekali.
Pasca
Mr.F resign, keadaan operasional F&B tetap berjalan seperti biasa, karena
baik di “Service” maupun “Kitchen” sudah ada supervisornya. Cuma si OM nih yang
sedikit ada tambahan kerjaan lagi.
Suatu
sore, sudah lewat jam pulang kantor tapi aku masih mengerjakan beberapa tugas
yang belum selesai. Kantor sudah sepi, cuma tinggal aku dan si OM. Tiba-tiba si
Ibu GM keluar dari ruangannya dan duduk di depan meja OM yang bersebelahan
dengan mejaku. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, ternyata Ibu GM membahas tentang
Mr.F (lagi). Begini katanya,
“Aku tanya sama F, ‘Sekarang umurmu berapa?’ Katanya 23. ’Kamu mau nikah umur
berapa? Satu tahun lagi? Dua tahun lagi?’ ‘Ya enggak, Bu, paling umur 29 / 30-an,’
katanya. ‘Kamu sekarang umur 23, mau nikah umur 30. Sekarang kamu rela resign
demi cewek itu. Tujuh tahun lamanya, cewek itu mau nungguin kamu terus ta?’ Aku
ga habis pikir sama anak itu...” Eh, ternyata Ibu GM membahas hubungan Mr.F
dengan Ms.R. “Kalau mau nikah setahun-dua tahun lagi ga masalah sekarang belain
cewek itu, lha orang masih panjang jalannya. Gitu ngambil keputusan kok ga mikir
panjang… Ya itu yang dibilang cinta itu buta, cinta tai kucing rasa coklat...”
curhatnya.
“Yah,
namanya anak muda, Bu…” kata si OM menanggapi.
Tiba-tiba
Ibu GM beralih ke aku. “Makanya Arzy, kamu kalau masih pacaran, jangan lupa
berdoa...”
“Oh,
iya, Bu,” kaget juga aku, tau-tau dibilangi kayak gitu.
“Selama
belum nikah, doa minta hikmat sama Tuhan, supaya motivasi mencintai itu ga
salah. Bilang sama Tuhan, berikan aku hikmat supaya aku bisa mencintai orang
lain seperti Engkau mencintai aku. Aku tau cewek itu (Ms.R –red) nangis-nangis
katanya ga mau pisah sama F. Lha kalau gitu apa udah bener motivasi cintanya?
Mestinya kan ya mendukung, kalau F mau berkarir di sini, bukan malah bikin
kerjanya jadi ga fokus begitu… Si F juga gitu, malah mbelain yang cewek sampai kayak
gitu kelakuannya. Kalau cinta yang berhikmat itu datangnya dari Tuhan, pasti
nanti mencintai pasangan itu berlandaskan takut akan Tuhan, saling mencintai
dengan jujur, untuk kebaikan, sama kayak cintanya Tuhan ke kita gitu… ”
Hmmm…
sore-sore, dapat “wejangan” dari Ibu GM.
Cinta yang berhikmat. Memang aku belum
pernah dengar istilah itu, tapi oke juga kok, dapat masukan baru untuk
memperkaya pengetahuan dan iman.
Tuhan
memang dapat menggunakan siapa saja, kapan saja, dimana saja, dalam keadaan
apapun juga, untuk memberitakan kasihNya kepada umatNya. Contohnya ini, lewat
kejadian Mr.F dan Ms.R dan lewat Ibu GM, aku jadi diingatkan untuk terus
berdoa. Apalagi di masa-masa sebelum menikah ini, aku harus terus memantapkan
diri untuk mencintai pasangan dengan motivasi dan tujuan yang benar, supaya aku
ga salah langkah dan menyesal di kemudian hari. Pastinya aku juga menambahkan
satu pokok doa lagi, yaitu supaya aku dapat cinta yang berhikmat…
“Tuhan,
berikan aku hikmat supaya aku bisa mencintai orang lain seperti Engkau
mencintai aku. Amin.”
Mr F sakit hati dh perlakuan kantor pd ms F, pasangannya. Hmmm...cinta yg berhikmat ya:). Juga jangan sampe kita mencintai pasangan melebihi cinta kita pada Tuhan
BalasHapusbetul mas patris... kalau cinta pada Tuhan dikhianati, apalagi cuma cinta pada manusia... :)
Hapus