Rabu, 07 Januari 2015

Refleksi Di Hari Ulang Tahun



Today is my birthday!
Happy birthday to me!!! ^____^

Terima kasih, Tuhan, Engkau berikan aku tambahan satu lagi umur baru. Banyak harapan terucap di ulang tahun kali ini, sekaligus merefleksikan perjalanan hidup beberapa bulan lalu yang membuat hidupku terpuruk. Tapi aku harus bangkit lagi.

Pertengahan Juni 2014, aku mengenal perusahaan itu: PT Rifan Financindo Berjangka, Surabaya. Awalnya aku melamar posisi HRD, sesuai dengan pengalaman kerjaku sebelumnya. Aku menjalani psikotes, sebagaimana prosedur penerimaan pegawai pada umumnya. Ga ada yang janggal. Pada saat interview, Manager HRD menyatakan bahwa aku ga cocok sebagai HRD, HANYA karena hasil psikotes kepribadian menunjukkan bahwa aku bertipe kepribadian I (Influence), alias kepribadian yang senang berhubungan dan mempengaruhi orang lain. Ia mau seorang HRD bertipe kepribadian D (Dominance), yaitu yang tegas, punya kepemimpinan, dan bisa mengambil keputusan dengan cepat. Spontan aku protes, kenapa penerimaan staff hanya berdasarkan tes kepribadian? Aku berpengalaman sebagai HRD dan selama ini ga ada masalah dengan pekerjaan walaupun berkepribadian tipe Influence. Aku bukan fresh graduate yang bisa serta-merta menerima alasan yang dia kemukakan. Psikotes bukanlah satu-satunya tolok ukur penerimaan pegawai. Benar-benar alasan yang aneh! Tapi apalah arti protesku, kala si Manager HRD tetap pada keputusannya mematok standar seorang HRD harus bertipe D. Okay, fine. Tapi dia menawari aku posisi Marketing, karena ”menurutnya” tipe kepribadian Influence lebih cocok menjalani profesi sebagai marketing. Setelah aku pertimbangkan, aku menyanggupi dan bisa bergabung.

Jadi, disanalah aku waktu itu. Masuk ke perusahaan yang bidang kerjanya belum pernah aku ketahui (perusahaan pialang dengan produknya berupa komoditi logam mulia / emas), dengan jabatan baru yang belum pernah pula aku lakukan (Marketing, atau Broker, atau sebutannya disana: Business Consultant), aku sangat antusias! Ya, karena aku senang belajar hal-hal baru untuk memperluas wawasan. Dimulai dengan training, aku semakin antusias karena melihat contoh yang diberikan, yaitu penghasilan yang bisa aku dapatkan sebagai seorang broker. Bisa puluhan juta dalam sebulan! Memang, broker adalah salah satu profesi berpenghasilan tertinggi. Berbekal antusiasme berlebihan, aku bertekad untuk bisa mendapatkannya penghasilan banyak dengan menekuni pekerjaan ini.

Apa yang dipelajari di training selama satu bulan –aku tuliskan sedikit di blog ”Mister Charming Is Here” – lalu diaplikasikan pada bulan berikutnya. Job description-nya sama, hanya contacting, yaitu membuat janji ketemu dengan calon nasabah. Tiap hari begitu.
Aku diberi berlembar-lembar kertas berisi data nama dan nomor telepon orang-orang yang harus ditelepon. Menelepon itu gampang, mendapatkan janji ketemunya itu yang susah. Sasaran nasabah adalah mereka yang kaya, syaratnya punya uang minimal Rp 100 juta untuk menanamkan dana disini dan berdagang (trading) secara online lewat perusahaan. Bisa ditebak, kebanyakan dari mereka pasti pebisnis yang sibuk. Apalagi perusahaan pialang sejenis ini banyak macamnya. Mereka pasti pernah ditelepon oleh orang-orang seperti kami, sehingga ujung-ujungnya kami ditolak. Tidak berminat, sibuk, lagi di luar kota, ga ada waktu untuk ketemu, sudah pernah tau, sudah sering ditelepon, resikonya terlalu besar, ga ada dana untuk itu, dananya masih muter buat usaha, daaaaann...sebagainya. Banyak alasan. Jadi kami lebih sering ditolak daripada berhasil.
Tapi bukan berarti ga bisa. Kalau sudah berhasil buat appointment dengan calon nasabah, prospek jadi hal yang menyenangkan. Ditemani oleh senior, kita bisa tau apa aja yang dibicarakan waktu prospek. Setiap ketemu dan kenalan dengan orang baru, selalu ada pengetahuan baru yang didapat. 

Pekerjaan marketing itu rentan menjatuhkan mental. Mengalami penolakan berkali-kali, hanya orang-orang bertekad kuat yang bisa bertahan. Singkat cerita, aku mulai bosan, karena aku bukan orang yang suka dengan pekerjaan tipe contacting seperti itu. Ditambah dengan kenyataan yang aku hadapi bahwa kerja disitu ga dapat gaji sebelum dapat nasabah! Alasannya sederhana, karena sebagai konsultan, gaji didapat dari transaksinya nasabah. Berat.
Tapi aku masih punya semangat, aku percaya bahwa kegagalan akan membentuk pribadi tangguh dan itu merupakan sebuah proses menuju kesuksesan. Karena ga suka contacting, aku memanfaatkan referensi. Lebih gampang karena sudah kenal dengan orangnya, jadi bisa diajak ketemu untuk diprospek. Akhirnya setelah 3 bulan bekerja disana tanpa gaji, aku berhasil closing. Dapat nasabah, ya dari referensi itu.

Harapan yang besar dari nasabah itu ternyata ga bertahan lama. Berawal dari ambil posisi Buy yang mengharapkan harga naik, kenyataan berkata lain. Harga di market terus turun tanpa kendali, melenceng dari prediksi, transaksi nasabahku jadi buyar. Dia banyak loss dan akhirnya ga aktif transaksi. Aku sangat merasa bersalah, karena aku yang merekomendasikan dengan penuh keyakinan bahwa transaksinya akan aman, sehingga akhirnya dia mau bergabung. Nasi sudah menjadi bubur. Dia memang ga marah ke aku, sudah mengikhlaskan itu sebagai resiko dari sebuah trading online, tapi tetap aja aku down banget! Mulai dari situ, motivasiku turun. Emang ga mudah untuk memperbaiki mood yang udah terlanjur down menjadi positif lagi. Kerja jadi ga beraturan...

Di balik tembok keputusasaan yang menghadang, para atasan terus memotivasi aku. Karena kerja di bidang yang ga gampang, wajar kalau disitu selalu dicekoki dengan kata-kata positif, maksudnya biar pikiran jadi positif terus. Jadi ketika ga bisa melakukan apapun kecuali bertahan, yang harus digenjot adalah keikhlasan dan kesabaran yang luar biasa. Aku mulai punya harapan baru, ketika posisiku naik jadi senior. Sebagai Senior Business Consultant, aku diberi kepercayaan menangani 3 orang staf di bawahku. Kalau nanti staf-ku closing, aku juga ikut dapat komisinya. Oke lah, aku jalani tugas itu, mulai dari training staf baru sampai mendampingi mereka untuk prospek (aku udah bisa prospek sendiri). Bulan-bulan berlalu, aku mulai stuck karena aku sendiri ga dapat nasabah (otomatis ga dapat gaji), staf-ku juga ga ada yang closing, sementara aku masih diperintah oleh atasan untuk membantu prospek staf-nya orang lain. Aku down.... Sangat down...

Sampai terjadilah peristiwa ini. Di ruanganku, ada seorang staf perempuan, ga usah sebut nama. Dia ini sangat jarang contacting, kerjaannya lebih sering guyon dan makan cemilan... Walaupun jarang contacting, tapi dia bisa buat appointment. Beruntung. Lalu dia prospek ditemani oleh Kepala Divisi. Ternyata si calon nasabah tertarik. Setelah beberapa kali di-follow up oleh si Kepala Divisi, akhirnya berhasil closing. Dia dapat nasabah 1 orang, pada bulan kedua dia kerja disana. Setelah closing, ternyata kelakuannya ga berubah. Di kantor, tetep aja makan cemilan dan becandaan. Seharusnya ketika seseorang sudah punya nasabah, dia harus mampu prospek sendiri atau menemani prospek staf lain. Tapi apa yang dia lakukan? Ga ada. Transaksi nasabahnya ditangani oleh si Kepala Divisi, padahal itu kan tanggung jawab dia! Handle nasabah itu tanggung jawab broker-nya, bukan Kepala Divisi.... Minimal dia tau cara bertransaksi lah! Tapi product knowledge aja dia ga tau.

Ga cukup sampe disitu. Si Kepala Divisi pernah bilang ke dia (di dalam ruangan, jadi semua orang disitu pasti dengar), “Kamu cari 3 orang staf di bawahmu, saya akan closing-kan suaminya (nasabah pertama). Kalau ga gitu, saya panggil kamu Bos. Saya nangani transaksinya ini berarti kan saya kerja buat kamu.”
Dia bilang iya-iya aja.
Eh, 1 bulan kemudian, si Kepala Divisi berhasil meng-closing-kan suami si nasabah terdahulu itu. Padahal jelas-jelas ”dia” belum punya 3 orang staf! Ga konsisten dengan perkataannya sendiri! Berarti sekarang nasabahnya ada 2 orang. Enak banget dia!!! Ga ngapa-ngapain, cuma duduk-duduk cantik di kantor, tau-tau dapet nasabah. Plus, 2 orang nasabah itu tetep ditangani oleh si Kepala Divisi. Tiap hari si Kepala Divisi selalu laporan sama dia, hari ini sudah berhasil transaksi berapa lot.
Yang kerja orang lain, tapi komisinya ke dia semua. Gimana ga bikin sebel??!

Puncak kekecewaan adalah suatu hari aku diminta oleh managerku untuk prospek nemani ”dia” itu. Aku langsung protes, ”Ga mau! Dia kan udah punya 2 nasabah, jabatan udah senior lagi, harus bisa prospek sendiri lah!”
”Yaah, kalau dia bisa sih, aku ga minta tolong kamu...” kata managerku, sedikit memelas dan mengakui kalau ”dia” ga bisa.
Aku bersikukuh ga mau, sampai akhirnya managerku yang turun jalani prospek.
Tuh, berarti terbukti kan, kalau dia emang lucky. Ada yang prospekin, ada yang closing-in, tanpa harus repot-repot… Setidaknya kalau dia bisa prospek sendiri, aku lebih bisa menghargai. Tapi aku udah ga respek sama sekali...
Bukan cuma aku, ada teman lain yang merasakan sama, sampai banyak yang ga suka sama ”dia”... That’s not fair at all!
Temen-temen lain berjuang justru ga mendapat apapun, sedangkan yang biasa aja malah mendapatkan banyak. Lucu. Hidup kadang selucu itu.

Setelah mengalami banyak kekecewaan dan penderitaan akibat kerja disitu, akhirnya aku memutuskan untuk resign. Ya sudahlah, aku mengaku telah salah langkah masuk kerja di PT Rifan Financindo. Tergiur oleh iming-iming penghasilan besar, nyatanya aku malah habis banyak. Sangat banyak! Selama kerja disitu, hanya dapat sedikit penghasilan dari transaksi nasabahku itu. Ketika nasabahku ga aktif lagi, kembali tanpa gaji. Aku mengandalkan tabungan yang udah aku kumpulkan dari kerja sekian tahun untuk menunjang kehidupanku sehari-hari. Aku ga bisa bertahan disana lagi.

Enam bulan menjalani hidup tanpa penghasilan, bukan waktu yang sebentar. Siapa yang mau? Aku handle staf, prospek kesana-kemari; tanpa hasil. Setidaknya ada uang transport atau uang makan, walaupun sedikit, ternyata ga ada sama sekali. Entahlah kenapa aku bisa bertahan sekian lama walaupun keinginan untuk resign sering muncul.
Dulu, setiap kali mau resign, selalu ada hal yang bisa membuat aku untuk mengurungkan niat itu. Misalnya ada calon nasabah yang prospektif dan kemungkinan bisa bergabung, sampai dengan motivasi-motivasi yang diberikan. Motivasi dari luar plus motivasi diri sendiri, bahwa aku bisa berhasil sebentar lagi. Sabar sedikit lagi. Tapi kenyataannya, ga semua calon nasabah yang menunjukkan ketertarikan itu bisa cepat bergabung. Aku menunggu sekian lama, ah, PHP (Pemberi Harapan Palsu). Akhirnya aku ga bisa menunggu lagi. Waktu berjalan terus.

Kini, ga ada lagi yang bisa menghalangi aku keluar dari pekerjaan ini. Sekian banyak suntikan motivasi yang diberikan untuk menahan aku tetap disana sudah mental semua. Semua senior dan atasan menyayangkan aku keluar, karena aku belum sukses jadi ”orang” dari kerja disana. Hei, sukses bisa dimana pun, bisa dari pekerjaan apa pun, bukan hanya dari broker di PT Rifan Financindo. Aku ga butuh motivasi, aku butuh uang! Logika sederhana kok.

Aku sadar, betapa naifnya aku waktu itu, mau ditempatkan jadi marketing. ”Menghibur” aku yang ga diterima sebagai HRD karena tipe kepribadiannya ga cocok. Itu hanya akal-akalannya aja, karena memang semua yang melamar kerja disana akan dijadikan marketing, ”telemarketing” tepatnya. Dia memasang info lowongan pekerjaan sebagai Customer Service, Admin, Management Trainee, Receptionist, IT, dan jabatan-jabatan lain hanya sebagai kedok, karena semua orang pasti akan takut duluan kalau disebut ”broker” atau kemungkinan besar akan menolak diberi tugas telemarketing....

Aku menulis ini sebagai bentuk kekecewaan pernah bekerja di PT Rifan Financindo. Sebenernya aku masih oke kalau ga ada kejadian ”Princess Tukang Makan” yang ga ngapa-ngapain tapi dicukupi semua kebutuhannya itu, soalnya emang hal itu yang paling meletupkan amarah. Ya sudahlah, aku sudah ikhlas menerima ”keanehan” di perusahaan itu. Aku ga menyalahkan perusahaan, atau menjelek-jelekkan, juga ga bilang kalau perusahaan ini tipu-tipu, karena mungkin seperti itulah keadaan yang terjadi di dalamnya. Bagaimanapun juga, aku pernah menjadi bagian dari mereka, aku juga mendapatkan banyak pengetahuan dari sana. Mungkin juga cara kerjaku yang salah. Memang kalau ulet, tekun, gigih, ga gampang nyerah pasti bisa dapat nasabah dan penghasilan besar. Aku bukannya ga mau, tapi aku diburu oleh waktu karena aku ga bisa terus-terusan ga ada penghasilan. Iya kalau besok closing, kalau ga? Mau nunggu sampe kapan? Mau makan apa? Berdasarkan itu, aku udah ga mau spekulasi lagi. Udah cukup.

Sekarang, di hari ulang tahunku ini, aku harus kembali menata hidup. Cukup sudah salah langkah selama 6 bulan. Suatu pelajaran supaya lebih teliti lagi dalam menerima pekerjaan. Lupakan sakit hati akibat Rifan. Fokus ke pekerjaan lain, bekerja keras untuk mengembalikan semua tabungan yang terkuras selama kerja disana, juga memperbaiki hubungan dengan pasangan yang sempat berselisih karena uang tabunganku untuk rencana married terpakai sangat banyak. Yah, banyak yang harus diperbaiki, banyak resolusi baru yang harus dibuat. Aku pasti bisa –dan harus– bangkit dari situasi yang sulit ini. Tuhan, dengarkanlah doaku ini. Aku tahu Tuhan akan bukakan jalannya.

.....Seperti pelangi sehabis hujan, itulah janji setia Tuhan. Di balik dukaku telah menanti harta yang tak ternilai dan abadi.....

Time flies so fast, sometimes I don’t realize that I am getting older so fast.
What I’ve been through till my age make me who I am now.
Thanks for all family and friends for your birthday wishes...
May all the wishes in my new age will come true smoothly. Because all the hard work will be paid off…


      

5 komentar:

  1. kak, tanyaaaa dong. aku ngelamar di Rifan jadi admin sama cs nya. apakah sama aja kayak kakak? mencari nasabah? terima kasih

    BalasHapus
  2. kak, tanyaaaa dong. aku ngelamar di Rifan jadi admin sama cs nya. apakah sama aja kayak kakak? mencari nasabah? terima kasih

    BalasHapus
  3. Hai kak, tulisan kakak sangat menyentuh sekali. terimakasih banyak atas tulisannya karena dari membaca tulisan kkak ini, saya menjadi termotivasi, tersadarkan akan semua hal.

    kakak pasti sangat pintar, berpikir sangat dewasa dan optimis, punya pribadi yg kuat n punya motivasi tinggi menjalani hidup. keren skali, tidak semua orang bisa berpikiran sperti kkak , apalagi bisa menuliskan pikirannya dalam sebuah tulisan yang sangat jelas n membuat orang lain yg membaca bs ikut merasakan dan membayangkannya.

    Terimakasih skali lg, smoga sukses untuk kakaknya karena sebuah perjuangan tidak akan mengkhianati hasil. tetaplah menjadi pribadi yg baik, optimis, n kuat y kak. :D
    salam kenal, saya Firda f s, dari Surabaya. ^_^

    BalasHapus
  4. Duh kak, saya jadi takut ikut interview.hehehehee

    Cerita kakak yang selisih sama pasangan bikin aku sakit huhu.

    Semoga kaka selalu sehat dan dilimpahkan rizki sama yang diatas. Aminnn

    BalasHapus
  5. wah, pengalamannya sangat menyentuh sekali kak, tetap semangat ya kak,
    entah kenapa paling was2 klo udah ada info lowongan dri perusahaan yg cari2 nasabah gini, biasanya mereka buat lowongan dgn posisi yg macam2, pdahal ujung2nya disuruh cari nasabah juga, dan lolos nyajuga mudah juga,
    mksh udh share pngalamannya kak, smoga sehat dan sukses slalu

    BalasHapus