Kamis, 23 Februari 2012

Jangan Takut Menikah!


Februari adalah bulan penuh cinta. Ungkapan itu ada tentunya karena tanggal 14 Februari, dimana orang di seluruh dunia merayakan Valentine Day, Hari Kasih Sayang. Agaknya hal itu memang masih dipercaya kebanyakan orang sih.. Buktinya dalam bulan ini, 3 minggu berturut-turut aku dapat undangan pernikahan dari teman. Wah, pengeluaran tak terduga ini. Haha...
Ngomongin soal pernikahan, memang teman seumuranku udah banyak yang menikah di tahun kemarin, dan prediksiku di tahun ini juga. Kadang aku ditanya juga: kapan nikah? Wah, nanti dulu ya... Pasangannya masih diuji coba nih, memenuhi syarat atau ga... Hehehe...

Pernikahan memang ga cukup melihat dari segi fisik (termasuk usia) yang dipandang orang ”udah pantes nikah”. Enak aja teman bilang, ”Jangan kebanyakan seleksi, ingat umur udah 26. Mau nikah umur berapa?” Lho, kan banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum memutuskan untuk menikah, yang paling utama dari segi kesiapan mental dong...
Aku suka baca artikel-artikel tentang persiapan pernikahan. Namanya juga pengen menikah. Hehe... Sayangnya aku lupa ini diucapkan oleh siapa dan di media mana, jadi maaf kalau ga mencantumkan sumbernya. Jadi begini, setidaknya ada 3 poin yang harus dipersiapkan oleh pasangan yang bermaksud mengucapkan ikrar untuk hidup bersama.
Ketika dua insan bermaksud memasuki gerbang pernikahan, mereka harus tahu dan paham, bahwa manusia itu berubah. Pernikahan itu ibarat sebuah paket. Dalam paket tersebut, terdapat dua manusia. Kedua manusia ini bisa berubah, karenanya di dalam pernikahan akan selalu ada hal baru yang harus dikejar. Jadi, sebelum memasuki jenjang pernikahan, masing-masing pasangan harus mengetahui pola perubahan masing-masing.
Kalau yang satu berubahnya cepat, sementara yang satu mandek, bisa akan ada masalah. Namun, ketika keduanya sudah saling sadar, harus mau saling bantu. Yang berubahnya cepat itu harus mengajak pasangannya untuk belajar dan mencoba mengerti. Jangan lupa untuk mengikuti perkembangan masing-masing. Hal ini menjadi penting, karena ketika terjadi jeda dan masing-masing berkembang dengan keadaan yang berbeda, ga heran akan ada perbedaan persepsi dan pola pikir. Misal, si suami bekerja di dunia yang membuatnya harus bertemu banyak orang, ia akan berkembang dan pola pikirnya pun sedikit-sedikit berubah. Sementara, jika si istri ga mau berusaha untuk keep up dengan perkembangan suami, maka akan sulit untuk bisa mengimbangi, apalagi jika si suami pun ga mengajak si istri untuk belajar.
Selain mengenai perubahan, pasangan yang ingin naik ke pelaminan harus menyadari, bahwa setelah hari pernikahan, gaya hidup pun berubah. Yang tadinya terbiasa sendiri, kini segalanya harus dibagi dengan orang lain. Mau saling berbagi adalah satu poin tersendiri. Kebiasaan yang tiba-tiba berubah biasanya bisa menjadi batu sandungan untuk sebagian orang. Keharusan untuk berbagi ini seringkali menjadi penyebab perpecahan rumah tangga.
Kalau kita bertanya, mengapa saat ini banyak terjadi perpecahan dalam pernikahan? Sementara mengapa di zaman dulu, perceraian sangat jarang terjadi? Karena di zaman dulu orang ga ada yang berpikir mengenai perceraian. Yang ada, bagaimana supaya pernikahannya bisa terus berjalan dan memperbaikinya. Ketika kita berbentrokan dengan masalah keluarga, yang terpenting adalah menurunkan ego masing-masing. Kalau belum bisa ditemukan jalan tengahnya, carilah penengah yang bisa memberikan opini obyektif. Begitu pula, biasanya terjadi pertengkaran saat perencanaan pernikahan, terjadi beda pendapat, oleh karena itu penggunaan jasa perencana pernikahan bisa membantu menengahi.
Mengenai persiapan mental dan psikologis menjelang pernikahan, terdapat 3 poin penting yang perlu diketahui pasangan sebelum menginjakkan kaki ke pelaminan dan menukar cincin tanda janji, yakni:
1. Jangan takut akan pernikahan. Sebaiknya sebelum melangkah ke pernikahan, kenali sisi baik dan buruk masing-masing. Karena setelah memasuki pernikahan, akan makin terlihat sifat-sifat yang tadinya tertutup. Jujur akan segala hal dengan pasangan adalah kunci  jika ingin pernikahan berhasil.
2. Siapkan diri. Tanya dengan diri sendiri, sudah siapkah untuk berbagi segala hal dengan si pasangan? Siapkah untuk maju bersama? Karena untuk bisa maju bersama, butuh upaya dan kerja keras, karena si pasangan ga memiliki pola pikir yang sama dengan kita, perlu kesabaran dan tenaga ekstra untuk mau menyamakan visi.
3. Jangan takut perubahan. Perilaku seseorang bisa diubah. Perilaku bukanlah gen yang ga bisa diubah. Jadi, ketika kita harus berubah untuk bisa keep up dengan pasangan yang berubah, begitu juga si dia.
Jangan ketinggalan pula untuk bisa menjaga ucapan. Karena apa yang terucap adalah doa. Ketika kita berpikir atau terucap kata pisah, maka yang ada dalam pikiran kita adalah hal itu sebagai titik akhir.
Kalau nasehat dari orang tua, waktu pacaran bukalah mata lebar-lebar; untuk mengetahui pribadi calon pasangan kita, termasuk ga menutup kemungkinan untuk mencari pribadi lain yang lebih tepat dengan diri kita. Tapi ketika sudah menikah, tutuplah mata rapat-rapat, karena kita harus menerima pribadi yang telah kita pilih sendiri, baik maupun buruknya dia. Dalam hal ini, ingat poin yang menunjukkan tentang penurunan ego demi mengurai konflik yang bisa terjadi dalam sebuah hubungan.
Nah, bagaimana menurut Anda, setuju dengan pendapat ini?
  

Selasa, 14 Februari 2012

Mencintai

 Bila mata adalah cerminan jiwa, bukankah tak heran apabila mata dan pandangannya menjadi ungkapan cinta?
Orang yang mencinta memiliki pikiran yang penuh bunga mawar: kenangan akan masa-masa yang indah, mengesankan, dan menyentuh.
Orang yang jatuh cinta menyadari suatu keberadaan yang positif, dan memimpikan suatu masa depan yang cerah.
Cinta dapat menjadikan pikiran jernih, kreatif, dan penuh dengan fantasi yang indah dan menyenangkan, karena cinta membuat orang mengarungi lautan antara fantasi dan kenyataan.
Apa artinya waktu bagi hati yang sedang dilanda cinta, apabila satu detik terasa abadi dan satu tahun terasa sejam? Cinta memberi impian nyata kepada manusia. Impian yang dapat dicapai dan terus menerus diperjuangkan menjadi suatu kenyataan.
Cinta itu saling meneguhkan. Cinta adalah bentuk peneguhan yang paling indah.
Mencinta adalah suatu keberanian. Keberanian untuk semakin berkembang sehingga hidup tak terasa sia-sia.
Milikilah hidup yang bermakna ganda: hidup yang sedang mekar dan memekarkan hidup orang lain!

Mencintai...

Bukanlah bagaimana kita melupakan,
                melainkan bagaimana kita memaafkan...
Bukan bagaimana kita mendengarkan,
                melainkan bagaimana kita mengerti...
Bukan apa yang kita lihat,
                melainkan apa yang kita rasakan...
Bukan bagaimana kita melepaskan,
                melainkan bagaimana kita berjuang...
Memang seringkali orang yang paling kita cintai justru adalah orang yang paling menyakiti hati kita...

Belajar untuk mencintai dan menikmati dicintai, tapi jangan pernah mengharapkan orang lain mencintai diri kita dengan cara dan sebanyak yang sudah kita berikan kepadanya...

Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka kita akan menemukan hidup yang terasa lebih indah.

Happy Valentine Day! Selamat mencinta dan hidup dalam cinta...


~~diambil dari berbagai sumber~~

Sabtu, 11 Februari 2012

Ada Apa Antara Pria dan Sepakbola?


Suatu hari, pacarku mengeluarkan statement yang cukup menarik. ”Di dunia ini, ada 3 hal yang aku prioritaskan.”
”Apa itu?” tanyaku.
Dia jawab, ”Satu, Tuhan. Dua, kamu. Tiga, Real Madrid.”
Spontan aku tertawa mendengarnya. ”Haaah? Real Madrid juga?”
”Iya donk!” Dia tersenyum bangga.
Aku tau pacarku sangat maniak dengan sepakbola, khususnya Real Madrid, tim kesayangannya. Sebenarnya dari SMP aku juga suka sepakbola, sampai sekarang pun masih sering nonton. Tapi ya aku ga semaniak dia kalau nonton atau mengikuti berita tentang sepakbola.
Sebagian besar wanita mungkin bertanya-tanya mengapa pria sangat menggilai sepak bola. Pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa sih serunya menyaksikan 22 pria berlarian di lapangan mengejar 1 bola?” atau “Mengapa wajib begadang semalam suntuk untuk menyaksikan tim itu bertanding?”. Apalagi kalau sampai tim kesayangannya gagal menang, pria bisa uring-uringan seharian, termasuk pacarku juga gitu. Awalnya aku juga berpikir gitu, tapi setelah mencoba nonton, ternyata sepakbola itu seru, lho! Hehehe...
Eh, ternyata aku menemukan artikel dari Kompas.com yang dapat menjawab pertanyaanku, juga mungkin pertanyaan sebagian wanita tentang hubungan antara pria dan sepakbola. Begini katanya:

Pria ingin jadi yang terbaik
Bahkan sejak masih kecil pun laki-laki sudah memiliki sifat kompetitif. Baik saat bertanding di lapangan olahraga atau saat bermain dengan teman-temannya. Mengapa? Karena mereka menyukai perasaan menjadi seorang pemenang dan tak ada yang bisa menyamai dirinya. Nah, begitu pula ketika menyangkut pasangan Anda. Ia merasa menjadi pemain ke-12 di lapangan ketika tim kesayangannya sedang bertanding. Adalah hal yang umum jika tiba-tiba ia mengenakan kostum tim kebanggaannya itu (bahkan saat ia menonton sendiri di rumah). Jika pasangan Anda adalah termasuk fans berat, tak ada salahnya untuk mendampingi si dia saat timnya bertanding. Atau setidaknya selalu mendengar hasil akhirnya. Karena, untuk sebagian fans, adalah hal yang sangat menyakitkan ketika timnya gagal (entah itu kalah bertanding, pemain terbaiknya kena kartu merah, atau pelatihnya dipecat). Ia akan membutuhkan dukungan dan teman untuk berbagi, sama seperti kita, para wanita yang butuh penghiburan saat sepatu incaran kita yang hanya ada 1 ternyata sudah dibeli orang lain.

Semacam bentuk terapi
Ketika pria melihat pria lain beradu kepala dan tubuh hingga terjatuh-jatuh, ia melihat suatu hal yang berbeda. Mungkin bagi wanita tindakan tersebut sangat menyakitkan dan tidak menyenangkan untuk dilihat. Namun bagi pria, ia mengasosiasikannya dengan keadaan yang sedang ia hadapi di kantor, dengan teman, dengan keluarga, bahkan dengan Anda. Ketika pemain kesayangannya bisa menghadapi “tantangan” untuk beradu badan dengan pria bertubuh kekar di hadapannya, ia pun pasti bisa menghadapi tantangan yang ia miliki di kehidupannya. Jadi, anggap saja menonton sepak bola menjadi semacam terapi untuknya menghadapi hidup, sama seperti Anda saat membaca buku pengayaan diri (self improvement).

Ia ingin didengar
Pernah melihat si dia berlagak bak pelatih saat menonton sepak bola? Misal, “Ayo, Owen, kamu pasti bisa!” atau “Astaga, Ronaldo, kenapa lewat situ?” dan sebagainya. Alasannya sederhana, karena ia ingin didengar. Tugas pelatih adalah untuk “mendesain” langkah permainan dan para pemain mengikuti petunjuknya. Siapa yang lari ke arah mana, siapa yang melempar ke siapa, dan sebagainya. Secara turun-temurun, pelatih dikenal sebagai orang yang sangat berwibawa dan hebat dalam berbicara. Sosok pelatih seringkali diasosiasikan sebagai pribadi yang amat hebat, karena profesi ini harus bisa menjadi motivator, ayah, sahabat, diktator, dan sebagainya dalam waktu bersamaan.
Ketika menyaksikan pertandingan, ia akan menduga-duga apa yang akan dilakukan para pemain, dan mempertanyakan apa yang salah jika timnya kalah. Jika Anda ingin mendorong semangat dan membuatnya merasa hebat, cobalah bertanya padanya (tentu pada saat jeda iklan). Coba tanyakan arti istilah-istilah dalam persepakbolaan, atau tentang seputar pertandingan yang berlangsung. Ia akan merasa senang untuk bisa menjelaskan tentang hal ini kepada orang lain, karena ternyata ada orang yang mau mendengarnya.

Ia suka aksi seru
Seorang rekan Kompas.com mengatakan, “Sepak bola itu lebih menyenangkan kalau kita punya tim yang kita jagokan.” Anda tentu akan menjadi sangat fokus menyaksikan pertandingan ketika Anda menginginkan tim Anda memenangkan pertandingan. Saking fokusnya, Anda akan merasakan bahwa pertandingan berlangsung cepat dan menegangkan. Setiap pemain memiliki peran spesifik dan penting, tujuannya satu; menang! Sepak bola adalah olahraga tim. Para penggemar sepak bola tahu, bahwa dalam setiap pertandingan diperlukan persiapan yang sangat rumit, tak heran jika ia tak bisa melepaskan pandangannya dari layar kaca. Daripada bosan menunggunya tegang saat menyaksikan timnya bertanding, cobalah ikut mendukung tim kesayangannya. Atau cobalah untuk kreatif bikin suasana seru dengan memanfaatkan keadaan yang ada.

Sepak bola mendukung persahabatan
Ya, tentu Anda pernah mendengar acara “nonton bareng sepak bola”. Kegiatan ini banyak digelar pada musim pertandingan piala dunia atau piala Champions (kejuaraan sepak bola antarklub di Eropa). Dalam acara-acara semacam ini para fans bisa bersatu dan membicarakan hal yang sama, tim kebanggaan mereka. Hal semacam ini bisa membuat seorang penggemar sangat bahagia, tak heran jika si dia betah nongkrong di sana berjam-jam, bahkan saat pertandingan sudah berakhir lama. Acara nonton bareng semacam ini memberikan kesempatan untuk si dia dan teman-temannya menyoraki atau mendukung sosok pemain yang jauh lebih cepat, lebih berotot, lebih kaya, dan lebih beruntung darinya. Pada saat-saat seperti ini, wajar jika Anda merasa tersisihkan dan tak diperhatikan.


Kalau menurut aku sih, analisanya boleh juga...
Jadi ya biarlah para pria dengan kesukaan sepakbolanya. Apalagi pacarku punya impian, "Suatu hari nanti, kalau ke luar negeri, negara pertama yang akan aku datangi adalah Spanyol, dan aku akan menginjakkan kaki ke Santiago Bernabeu..."
"Sama siapa?" aku menggodanya.
"Sama kamu donk.. Ayo bulan madu disana."
Selama impiannya masih positif, aku pasti bilang "Amiiiiinnn...."

Rabu, 08 Februari 2012

Tentang HP, Facebook, Twitter, dan BB

Kenapa harus ada HP? Kenapa muncul Facebook? Twitter? Blackberry? Kalau hasilnya seperti ini... Toh zaman dulu ga ada begitu-begituan juga ga apa-apa, kan?!
Inilah keprihatinanku akan dampak teknologi masa kini...
 
Satu:
Teknologi mestinya “mendekatkan orang yang jauh”, bukan malah sebaliknya, “menjauhkan orang yang dekat”.

Berapa banyak dari kita yang berterima kasih atas munculnya Facebook, Twitter, atau apapun jaringan sosial lainnya. Berkat “mereka”, kita dapat bertemu kembali dengan teman dan/atau kerabat yang sudah lama tidak bertemu, bertukar informasi, dan tetap menjalin kekerabatan. Namun tanpa disadari, ketergantungan dan maniak akan situs jejaring sosial tersebut malah membuat kita “lupa berdiri”, alias melupakan keberadaan dan INTERAKSI dengan orang lain secara langsung, bahkan yang posisinya dekat sekalipun, karena terus sibuk memelototi komputer di depan mata kita.

Mengapa tidak berjabat tangan dan memberikan ucapan selamat ulang tahun secara langsung pada rekan kerja satu kantor, daripada menuliskannya lewat Wall Facebook-nya?
Mengapa tidak berdiskusi tentang urusan pekerjaan dengan rekan secara langsung, daripada mengomunikasikannya lewat Yahoo Messenger?
Sungguh amat memprihatinkan... Yang jauh didekatkan, tetapi yang dekat -bahkan terdekat- malah dijauhkan.

Dua:
Teknologi mestinya membantu kapasitas otak kita , bukan sebaliknya, mengistirahatkan otak kita.

Sejak kemunculannya, alat komunikasi bernama Hand Phone telah mengubah kehidupan manusia. Berbagai fitur yang ditawarkannya, seiring dengan perkembangan zaman, semakin disesuaikan untuk memudahkan kebutuhan dan gaya hidup kita. Namun sadarkah kita, keberadaan “benda canggih” yang awalnya hanya digunakan untuk telepon atau mengirimkan pesan singkat (SMS) tersebut telah menggerus memori kita?

Berapa banyak dari kita yang kelabakan atau panik saat HP hilang? Tentu saja, bagaimanapun juga kan HP tetap merupakan sebuah kebutuhan, walaupun sekarang bukan merupakan barang mewah lagi. Tapi yang aku tekankan di sini bukan hilangnya “HP” tersebut, melainkan ini: bagaimana ketika HP tersebut hilang, kita tak dapat menghubungi siapa-siapa karena tak ingat satu pun nomor teman atau saudara???
Ketergantungan pada “Contact” HP tersebut sangatlah besar.
Memang, tak mungkin mengingat semua nomor teman yang rata-rata lebih dari 10 digit itu. Tapi apa salahnya mengingat nomor orang tua atau beberapa saudara dan teman terdekat saja, untuk berjaga-jaga kalau misalnya terjadi sesuatu seperti HP hilang atau mati karena low-batt.
Lalu jawablah pertanyaan ini: berapa banyak dari kita yang menyelesaikan hitungan sederhana dengan mengandalkan KALKULATOR di HP?
Malas atau memang tidak bisa berhitung sih?? Sekadar memastikan hitungan benar it's ok, tapi ga harus menghitungnya dari awal, kan?


Tiga:
Teknologi mestinya “membuka dunia kita lebih luas”, bukan sebaliknya, ”tenggelam dalam dunia  kita sendiri”.

Aku akan berbicara tentang satu lagi kecanggihan yang muncul di abad ini: Blackberry namanya,  “ponsel pintar”, katanya.
Sama seperti keprihatinanku akan Facebook dan Twitter yang membuat “orang dekat dijauhkan”, keberadaan Blackberry ini telah “menghipnotis” orang yang memakainya. Bagaimana tidak, lha dunia terasa dalam genggaman! Tinggal klik sana, klik sini, kita bisa melakukan semuanya dengan BB. Belum lagi promosi dari provider-provider yang menawarkan paket semurah-murahnya.
Tapi, aku seringkali melihat orang jadi sibuk sendiri dengan Blackberry-nya, seolah-olah ga ada orang lain di sekitarnya. Betah duduk diam berjam-jam asal BB ga pernah lepas dari genggaman, entah BBM-an, YM-an, FB-an, Twitter-an, atau apapun yang bisa dilakukan dengan BB.

Mami aku tanya, “Kamu ga beli BB ta?”
“Ah, buat apa? Aku ga perlu kok.”
“Kan enak bisa chatting-chattingan, ntar BBM-an, kirim-kirim foto kayak gini, lho...” katanya sambil menunjukkan BB-nya.
Aku bilang, “Mami, aku ini udah AUTIS, punya BB ntar aku tambah autis!”
Tentu aja aku bercanda (ga autis beneran), tapi rupanya Mamiku ga paham.
“Maksudnya? Autis piye?”
“Mami, punya BB itu bikin orang 'autis', seolah-olah punya dunia sendiri. Lihaten ta, BB ga lepas dari tangan, dikit-dikit kling – kling – kling (aku menirukan bunyi BB-nya), trus buru-buru ngelihat, ngejawab, atau apalah gitu. Jadi ga ngerespon orang lain, ga interaksi sama orang lain karena sibuk melototin BB-nya. Ya, gitu deh pokoknya.”
Mamiku diam tapi masih ga percaya, “Ah, masa gitu? Tapi kan ga semua.”
“Iya sih ga semua... Tapi tetep aja, aku ga perlu BB.”
“Tak bayarin, wes. Pake xxx (menyebutkan salah satu provider) sama kayak Mami, bayarnya murah!” Si Mami masih ngotot, sambil merayu.
“Nggak. Makasih, Mami.”
 
Dan pernah lihat berita ga, gara-gara ga dibeliin BB, seorang anak sampai nekat mau bunuh diri. Seorang anggota dewan ga merhatiin rapat karena asyik BBM-an ria.
Prihatin deh jadinya....

Lalu ini pengalamanku lainnya. Kemarin aku chating dengan 3 orang rekan kerja yang berada di cabang lain.
Setelah chat ngalor ngidul membahas tentang pekerjaan, eh... mereka menanyakan hal yang sama, "Arzy, PIN BB-mu berapa?"
Heran, kok bisa mereka bertanya tentang hal yang sama ya, padahal berada di cabang yang berjauhan. Aku menjawab ketiganya dengan jawaban yang sama pula, "Saya ga punya BB, Pak.."  (kebetulan ketiganya laki-laki) diikuti dengan smiley :D
Reaksi mereka bertiga pun sama lagi! "Ah, masa ga punya??"
Aku hanya menarik nafas panjang, bukan merasa tersindir, tapi heran, kenapa ga percaya kalau aku ga punya BB.
"Beneran deh Pak, saya ga punya BB..." tetap diikuti smiley :D
takutnya dikira sombong ga mau ngasih PIN-nya.
Hari gini ga punya BB? Mungkin itu yang ada di pikiran mereka. hihihi...^^p

Jika HP, FB, Twitter, BB, atau apapun teknologi canggih saat ini ga pernah ada, apa yang terjadi dengan dunia?
Tulisan ini dibuat tidak untuk menggurui, menyindir, atau menyakiti siapa pun. Bukan pula benar atau salah. Hanya sebuah OPINI.
Aku bukan ahli teknologi, ga selalu melek teknologi. Kalau ada yang mau menambahkan, silahkan berkomentar.
Peace ^_^Y

Senin, 06 Februari 2012

Anakmu Bukanlah Anakmu

Kepada semua orang tua, inilah ungkapan yang ditujukan tanpa mengurangi rasa hormat dan bakti seorang anak kepada kalian...
Kepada calon orang tua, ingatlah ini saat tiba waktunya nanti...


Anakmu bukanlah anakmu

Mereka adalah putra-putri kehidupan
Yang mendambakan kehidupan mereka sendiri
Mereka datang melalui kamu
tapi tidak dari kamu.
Dan sungguhpun bersamamu  mereka bukanlah milikmu
Engkau dapat memberikan kasih sayang
tapi tidak pendirianmu
sebab mereka punya pendirian sendiri.
Engkau dapat memberikan tempat pijak bagi raganya
tapi tidak bagi jiwanya.
Lantaran jiwa mereka ada di masa depan.
Yang tak bisa engkau capai sekalipun dalam mimpi.
Engkau boleh saja berusaha mengikuti alam mereka.
Tapi jangan harap mereka dapat mengikuti alammu.
Sebab hidup tidaklah surut ke belakang.
Tidak pula tertambat di masa lalu.
Engkau adalah busur anak panah
kehidupan putra-putrimu melesat ke masa depan

Kahlil Gibran. 1883-1931

Jumat, 03 Februari 2012

Training QCC (Quality Control Circle)


Tanggal 27-28 Januari 2012 yang lalu, aku mendapat kesempatan mengikuti training QCC yang diselenggarakan oleh kantorku. Sebelumnya, akan kuceritakan sedikit tentang kantor tempatku bekerja ini. Sasana Artha Finance bergerak di bidang pembiayaan, tepatnya perkreditan (leasing) sepeda motor. SAF adalah anak perusahaan dari PT Mitra Pinasthika Mustika (MPM) yaitu salah satu main dealer sepeda motor Honda di Indonesia. Oleh sebab itu, SAF hanya menangani kredit sepeda motor merk Honda. PT MPM Motor dan PT SAF telah berkembang pesat dan mempunyai berbagai cabang di seluruh Indonesia. Untuk lebih jelasnya, akses saja website www.mpm-motor.co.id atau www.saf.co.id. Di situ tersedia banyak informasi  tentang PT MPM Motor dan PT SAF.

Nah, training QCC yang akan kubagikan di sini diadakan oleh MPM Motor, dengan pembicara Bapak Yuwono, Bapak Sutarbak, dan Bapak Anggoro, plus satu orang dari PT SAF yaitu Bapak Honowahjoedi Roesli. Bertempat di PT MPM Jalan Raya Sedati, Sidoarjo, training ini diikuti oleh 40 orang dari SAF Surabaya dan 20 orang dari SAF Sidoarjo. Aku ga tau mengapa terpilih untuk mengikuti training, tapi aku sangat bersyukur karena inilah kesempatan untuk menambah pengetahuan.

Pada dasarnya, QCC (yang dalam bahasa Indonesia disebut GKM, Gugus Kendali Mutu), adalah sejumlah karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya, dengan tujuan untuk meningkatkan mutu perusahaan. Kelompok-kelompok kerja ini nantinya akan berkompetisi menghasilkan perbaikan dalam perusahaan yang nantinya akan dinilai oleh manajemen dalam sebuah panel.

Hari pertama, training tentang Basic Mentality (Mentalitas Dasar). Awal dari Basic Mentality ini adalah fokus pada pelanggan dengan cara meningkatkan kualitas; karena pelanggan adalah keseluruhan dari proses, maka produk/jasa yang berkualitas berarti nilai tambah bagi pelanggan. Kualitas disini meliputi aspek QCDSM, yaitu:
Q (Quality)      : kualitas produk atau jasa
C (Cost)          : kualitas biaya rendah
D (Delivery)    : kualitas pengiriman barang atau jasa
S (Safety)       : kualitas keamanan barang
M (Moral)        : kualitas semangat melayani pelanggan
Jadi, dalam bekerja kita harus bertindak berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelanggan (MARKET-IN, NOT PRODUCT-OUT), seperti mengetahui apa produk kita, siapakah pelanggan kita, apakah pelanggan kita puas, dan adakah  cara lain untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Setelah itu, Basic Mentality juga mengajarkan untuk fokus pada manajemen dengan menggunakan konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)
PLAN berarti membuat rencana yang baik sebelum memulai kerja.
DO berarti melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
CHECK berarti meneliti hasil pekerjaan apakah telah sesuai dengan rencana.
ACTION berarti mengambil tindakan koreksi atas penyimpangan yang ada dan menyusun rencana baru.
Dalam melakukan proses PDCA, juga diperlukan kegiatan pengendalian yang meliputi penanggulangan (untuk mengurangi akibat yang lebih buruk dari timbulnya masalah selama proses kerja) dan pencegahan (untuk mencegah terulangnya masalah atau kesalahan yang sama).
Pengendalian ini harus dilakukan berdasarkan fakta atau data, serta menetapkan prinsip prioritas. Jadi, kita harus menetapkan sasaran kerja (target) yang terukur, lalu dikuatkan oleh adanya prosedur dan standarisasi tertulis, yang biasa disebut SOP.

Walaupun sudah menetapkan target dan melakukan proses PDCA yang benar, apalah artinya jika tidak didukung oleh sumber daya manusianya. Maka, Basic Mentality juga mengajarkan ”Aspek Sumber Daya Manusia” yaitu perubahan pola pikir dan  tindakan manusia untuk memperlakukan individu lain sebagai manusia seutuhnya; antara lain:
  1. Tidak boleh menyalahkan orang lain. Sebaliknya, kita harus saling percaya (heart), saling mengerti (head), dan saling memberi (hand).
  2. Kematangan individu; meliputi integritas, proaktif, dan mentalitas kelimpahruahan (ikhlas) sehingga membentuk pribadi yang dapat diandalkan.
  3. Menciptakan kerjasama dan partisipasi dalam kelompok yang efektif.
  4. Hubungan atasan dan bawahan yang harmonis.
  5. Keselarasan Antarkelompok.

Setelah itu semua, Basic Mentality yang terakhir mengajarkan kita untuk fokus pada keunggulan; dengan cara bebas mencoba hal-hal baru (menemukan potensi yang belum termanfaatkan), mengelola resiko, dan belajar pada kesalahan sehingga menciptakan semangat yang pantang menyerah.

Dalam melakukan Quality Control, tentu saja kita memerlukan data yang bisa mengungkapkan fakta secara lengkap, serta sudah sesuai dengan fakta yang sebenarnya (tidak dimanipulasi). Untuk mengumpulkan data tersebut, bisa digunakan beberapa alat (perangkat kendali mutu) yang dirangkum dalam SEVEN TOOLS, yaitu:
1.      Lembar pengumpul data (check sheet)
2.     Stratifikasi, yaitu mengurai persoalan menjadi kelompok sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.
3.      Grafik, data yang dinyatakan dalam bentuk gambar ini jadi lebih mudah dibaca, enak dilihat, dan sekaligus dapat dipaparkan sebagai perbandingan. Ada 3 macam grafik: grafik garis, grafik balok, dan grafik lingkar.
4.      Diagram Pareto; bertujuan untuk menemukan problem yang menjadi penyebab utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian persoalan dan perbandingannya terhadap keseluruhannya.
5.      Diagram Sebab-Akibat, disebut juga diagram tulang ikan (Fish Bone Diagram), berguna untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas. Prinsip yang dipakai dalam pembuatan diagram ini adalah brainstorming (sumbang saran), jadi semakin banyak ide, semakin baik hasilnya.
Untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh, ada 5 faktor utama yang diperhatikan, yaitu dikenal dengan istilah 4M 1 E: Man (Orang), Material (Bahan), Method (Metode/Cara), Machine (Alat), dan Environment (Lingkungan).
6.      Histogram, untuk mengetahui distribusi / penyebaran data yang ada.
7.      Diagram Pencar.

Pada training itu, aku paling suka membuat diagram pareto dan diagram tulang ikan. Sangat menarik! Training hari pertama selesai pada pukul 19.00. Cukup melelahkan karena sejak jam 9 pagi kami diberi materi berupa teori yang  cukup banyak. Ngantuk.

Hari kedua, materi training berupa 8 langkah implementasi proses PDCA, yaitu:
  1. Menentukan tema.
  2. Mencari sebab-sebab masalah.
  3. Mempelajari faktor apakah yang paling berpengaruh.
  4. Membuat rencana perbaikan.
  5. Melaksanakan rencana perbaikan tersebut (mencoba dalam praktek).
  6. Memeriksa / mengevaluasi hasil.
  7. Menetapkan standarisasi.
  8. Menetapkan rencana berikutnya (tema baru).

Setelah dipaparkan teori, mulai pukul 10 pagi kami mencoba menerapkannya dalam kelompok. Aku sekelompok dengan departemenku, PGA (Personal & General Affair) yang beranggota 5 orang. Total ada 8 kelompok, antara lain dari PGA, Marketing, AR Control (pengolahan piutang), Cashier, Collector + Remedial, Accounting + Audit, dan Kredit. Kami mempraktekkan langkah 1 sampai 4 saja, yaitu baru sampai pada tahap PLAN. Di sinilah training berjalan lebih dinamis. Masing-masing kelompok berdiskusi, brainstorming untuk mengangkat tema sesuai dengan masalah yang banyak terjadi di departemennya. Lingkup kerja PGA adalah seputar kepegawaian. Kelompokku berangkat dari ide untuk membahas tentang biaya operasional kantor, antara lain biaya kertas, listrik, telepon, dan air.

Berdasarkan data, setiap bulan perusahaan mengeluarkan biaya operasional paling banyak untuk kertas, yaitu sekitar Rp 15 juta! Lalu diikuti dengan listrik (Rp 12 juta), telepon (Rp 10 juta), dan air (Rp 1 juta). Karena biaya kertas yang paling banyak, akhirnya kami sepakat mengangkat tema “Mengatasi pemborosan kertas yang berakibat pada pembengkakan biayanya”.

Kami diberi waktu berdiskusi dan mempersiapkan presentasi sampai jam 2 siang. Setelah itu, kami harus mempresentasikan hasil diskusi itu. Satu per satu wakil dari kelompok maju presentasi. Ada yang membahas tentang penjualan, administrasi kredit, masalah kredit yang macet, Juklak (petunjuk pelaksanaan) kantor, dll. Aku mewakili kelompokku maju presentasi. Karena tema yang kuangkat lebih bersifat umum, maka audiens yang mendengarkan presentasiku cukup antusias. Aku senang sekali bisa presentasi dan memaparkan opini kelompokku.
Sesi presentasi itu merupakan babak yang paling menyenangkan saat training. Santai, namun tetap serius. Seringkali malah penuh gelak tawa, karena ada aja orang yang mempresentasikan materinya secara mbanyol. Memang bakat-bakat pelawak deh! Hahaha... Presentasi dan diskusi berjalan sangat hidup, terlihat semua orang sangat menikmatinya.
Di akhir presentasi, kami mendapat koreksi ataupun saran dari para pemateri. Wajar aja, soalnya kami baru pertama kali ini mendapat materi tentang QCC dan teori yang disampaikan sangat banyak. Kata pembicaranya, seharusnya materi QCC ini disampaikan dalam 5 hari training! Karena keterbatasan waktu, jadi diringkas hanya 2 hari training. Makanya kami masih bingung dan banyak kesalahan di sana-sini. Ga apa-apa, toh masih dalam tahap belajar.

Aku ga mungkin memaparkan bagaimana hasil diskusi kelompok dan presentasiku tentang tema pemborosan kertas itu di sini, karena sangat banyak. Bisa-bisa aku bikin novel deh! Hahaha.... Tapi yang mau aku share di sini adalah senangnya mendapat wawasan baru tentang QCC. Aku jadi mulai memikirkan bagaimana implementasi PLAN-ku itu di kantor nantinya. Seperti yang telah aku kemukakan di awal, nantinya PLAN dari masing-masing kelompok itu harus diimplementasikan di kantor dan dilihat hasilnya. Jadi kami harus melakukan proses selanjutnya, yaitu DO, CHECK, dan ACTION. Nantinya, hasil PDCA tersebut akan dilombakan sampai ke Jakarta dengan para pimpinan pusat dan pemenangnya akan mendapatkan serangkaian hadiah dan fasilitas. Wah, aku mau sekali menang!
Well, dua hari training itu sangat menambah pengetahuanku. Walaupun setelah itu aku jadi terkena gejala flu karena kecapekan, aku jadi bersemangat dan menunggu training-training berikutnya! Aku siap! ^_^ 
aku saat presentasi :)