Nah, training QCC
yang akan kubagikan di sini diadakan oleh MPM Motor, dengan pembicara Bapak
Yuwono, Bapak Sutarbak, dan Bapak Anggoro, plus satu orang dari PT SAF yaitu
Bapak Honowahjoedi Roesli. Bertempat di PT MPM Jalan Raya Sedati, Sidoarjo,
training ini diikuti oleh 40 orang dari SAF Surabaya dan 20
orang dari SAF Sidoarjo. Aku ga tau mengapa terpilih untuk mengikuti training,
tapi aku sangat bersyukur karena inilah kesempatan untuk menambah pengetahuan.
Pada dasarnya, QCC
(yang dalam bahasa Indonesia disebut GKM, Gugus Kendali Mutu), adalah sejumlah
karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk
membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya, dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu perusahaan. Kelompok-kelompok kerja ini nantinya
akan berkompetisi menghasilkan perbaikan dalam perusahaan yang nantinya akan
dinilai oleh manajemen dalam sebuah panel.
Hari pertama, training tentang Basic Mentality (Mentalitas Dasar). Awal
dari Basic Mentality ini adalah fokus
pada pelanggan dengan cara meningkatkan kualitas; karena pelanggan adalah
keseluruhan dari proses, maka produk/jasa yang berkualitas berarti nilai tambah
bagi pelanggan. Kualitas disini meliputi aspek QCDSM, yaitu:
Q (Quality) : kualitas
produk atau jasa
C (Cost) : kualitas
biaya rendah
D (Delivery) : kualitas
pengiriman barang atau jasa
S (Safety) : kualitas
keamanan barang
M (Moral) : kualitas
semangat melayani pelanggan
Jadi,
dalam bekerja kita harus bertindak berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
pelanggan (MARKET-IN, NOT PRODUCT-OUT), seperti mengetahui apa produk
kita, siapakah pelanggan kita, apakah pelanggan kita puas, dan adakah cara lain untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
Setelah itu, Basic Mentality juga mengajarkan untuk fokus pada manajemen dengan
menggunakan konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)
PLAN berarti membuat
rencana yang baik sebelum memulai kerja.
DO berarti melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
CHECK berarti meneliti hasil
pekerjaan apakah telah sesuai dengan rencana.
ACTION berarti mengambil
tindakan koreksi atas penyimpangan yang ada dan menyusun rencana baru.
Dalam melakukan proses PDCA, juga diperlukan
kegiatan pengendalian yang meliputi penanggulangan (untuk mengurangi akibat
yang lebih buruk dari timbulnya masalah selama proses kerja) dan pencegahan
(untuk mencegah terulangnya masalah atau kesalahan yang sama).
Pengendalian ini
harus dilakukan berdasarkan fakta atau data, serta menetapkan prinsip
prioritas. Jadi, kita harus menetapkan sasaran kerja (target) yang
terukur, lalu dikuatkan oleh adanya prosedur dan standarisasi tertulis,
yang biasa disebut SOP.
Walaupun sudah
menetapkan target dan melakukan proses PDCA yang benar, apalah artinya jika
tidak didukung oleh sumber daya manusianya. Maka, Basic Mentality juga mengajarkan ”Aspek Sumber Daya Manusia” yaitu
perubahan pola pikir dan tindakan
manusia untuk memperlakukan individu lain sebagai manusia seutuhnya; antara
lain:
- Tidak boleh menyalahkan orang
lain. Sebaliknya, kita harus saling percaya (heart), saling mengerti (head),
dan saling memberi (hand).
- Kematangan individu; meliputi
integritas, proaktif, dan mentalitas kelimpahruahan (ikhlas) sehingga
membentuk pribadi yang dapat diandalkan.
- Menciptakan kerjasama dan
partisipasi dalam kelompok yang efektif.
- Hubungan atasan dan bawahan yang
harmonis.
- Keselarasan Antarkelompok.
Setelah itu semua, Basic Mentality yang terakhir
mengajarkan kita untuk fokus pada keunggulan; dengan cara bebas mencoba hal-hal
baru (menemukan potensi yang belum termanfaatkan), mengelola resiko, dan
belajar pada kesalahan sehingga menciptakan semangat yang pantang menyerah.
Dalam melakukan Quality Control, tentu saja kita
memerlukan data yang bisa
mengungkapkan fakta secara lengkap, serta sudah sesuai dengan fakta yang
sebenarnya (tidak dimanipulasi). Untuk mengumpulkan data tersebut, bisa
digunakan beberapa alat (perangkat kendali mutu) yang dirangkum dalam SEVEN TOOLS, yaitu:
1.
Lembar
pengumpul data (check sheet)
2. Stratifikasi,
yaitu mengurai persoalan menjadi kelompok sejenis yang
lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.
3.
Grafik,
data yang dinyatakan dalam bentuk gambar ini jadi lebih mudah dibaca, enak
dilihat, dan sekaligus dapat dipaparkan sebagai perbandingan. Ada 3 macam
grafik: grafik garis, grafik balok, dan grafik lingkar.
4.
Diagram
Pareto; bertujuan untuk menemukan problem yang menjadi penyebab utama yang
merupakan kunci dalam penyelesaian persoalan dan perbandingannya terhadap
keseluruhannya.
5.
Diagram
Sebab-Akibat, disebut juga diagram tulang ikan (Fish Bone Diagram),
berguna untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas. Prinsip
yang dipakai dalam pembuatan diagram ini adalah brainstorming (sumbang saran), jadi semakin banyak ide, semakin
baik hasilnya.
Untuk
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh, ada 5 faktor utama yang diperhatikan,
yaitu dikenal dengan istilah 4M 1 E: Man
(Orang), Material (Bahan), Method (Metode/Cara), Machine (Alat), dan Environment (Lingkungan).
6.
Histogram,
untuk mengetahui distribusi / penyebaran data yang ada.
7.
Diagram
Pencar.
Pada training itu, aku paling suka membuat
diagram pareto dan diagram tulang ikan. Sangat menarik! Training hari pertama
selesai pada pukul 19.00. Cukup melelahkan karena sejak jam 9 pagi kami diberi
materi berupa teori yang cukup banyak. Ngantuk.
Hari kedua, materi training berupa 8 langkah
implementasi proses PDCA, yaitu:
- Menentukan
tema.
- Mencari
sebab-sebab masalah.
- Mempelajari faktor apakah yang
paling berpengaruh.
- Membuat rencana perbaikan.
- Melaksanakan rencana perbaikan
tersebut (mencoba dalam praktek).
- Memeriksa / mengevaluasi hasil.
- Menetapkan standarisasi.
- Menetapkan rencana berikutnya
(tema baru).
Setelah dipaparkan
teori, mulai pukul 10 pagi kami mencoba menerapkannya dalam kelompok. Aku sekelompok dengan departemenku, PGA (Personal & General Affair) yang beranggota 5 orang. Total ada 8 kelompok,
antara lain dari PGA, Marketing, AR Control (pengolahan piutang), Cashier, Collector
+ Remedial, Accounting + Audit, dan Kredit. Kami mempraktekkan langkah 1 sampai
4 saja, yaitu baru sampai pada tahap PLAN.
Di sinilah training berjalan lebih dinamis. Masing-masing kelompok berdiskusi, brainstorming untuk mengangkat tema
sesuai dengan masalah yang banyak terjadi di departemennya. Lingkup kerja PGA
adalah seputar kepegawaian.
Kelompokku berangkat dari ide untuk membahas tentang biaya operasional kantor,
antara lain biaya kertas, listrik, telepon, dan air.
Berdasarkan data, setiap bulan perusahaan
mengeluarkan biaya operasional paling banyak untuk kertas, yaitu sekitar Rp 15
juta! Lalu diikuti dengan listrik (Rp 12 juta), telepon (Rp 10 juta), dan air
(Rp 1 juta). Karena biaya kertas yang paling banyak, akhirnya kami sepakat
mengangkat tema “Mengatasi pemborosan kertas yang berakibat pada pembengkakan
biayanya”.
Kami diberi waktu berdiskusi dan mempersiapkan
presentasi sampai jam 2 siang. Setelah itu, kami harus
mempresentasikan hasil diskusi itu. Satu per satu wakil dari kelompok maju
presentasi. Ada yang membahas tentang penjualan, administrasi kredit, masalah
kredit yang macet, Juklak (petunjuk pelaksanaan) kantor, dll. Aku mewakili kelompokku
maju presentasi. Karena tema yang kuangkat lebih bersifat umum, maka
audiens yang mendengarkan presentasiku cukup antusias. Aku senang sekali bisa
presentasi dan memaparkan opini kelompokku.
Sesi presentasi itu
merupakan babak yang paling menyenangkan saat training. Santai, namun tetap
serius. Seringkali malah penuh gelak tawa, karena ada aja orang yang
mempresentasikan materinya secara mbanyol.
Memang bakat-bakat pelawak deh! Hahaha... Presentasi dan diskusi berjalan
sangat hidup, terlihat semua orang sangat menikmatinya.
Di akhir
presentasi, kami mendapat koreksi ataupun saran dari para pemateri. Wajar aja, soalnya kami baru pertama kali ini mendapat materi tentang QCC dan teori yang
disampaikan sangat banyak. Kata pembicaranya, seharusnya materi QCC ini
disampaikan dalam 5 hari training! Karena keterbatasan waktu, jadi
diringkas hanya 2 hari training. Makanya kami masih bingung
dan banyak kesalahan di sana-sini. Ga apa-apa, toh masih dalam tahap belajar.
Aku ga mungkin memaparkan
bagaimana hasil diskusi kelompok dan presentasiku tentang tema pemborosan
kertas itu di sini, karena sangat banyak. Bisa-bisa aku bikin novel deh! Hahaha....
Tapi yang mau aku share di sini
adalah senangnya mendapat wawasan baru tentang QCC. Aku
jadi mulai memikirkan bagaimana implementasi PLAN-ku itu di kantor nantinya. Seperti
yang telah aku kemukakan di awal, nantinya PLAN dari masing-masing kelompok itu
harus diimplementasikan di kantor dan dilihat hasilnya. Jadi kami harus
melakukan proses selanjutnya, yaitu DO, CHECK, dan ACTION. Nantinya, hasil PDCA
tersebut akan dilombakan sampai ke Jakarta dengan para pimpinan pusat dan
pemenangnya akan mendapatkan serangkaian hadiah dan fasilitas. Wah, aku mau
sekali menang!
Well, dua hari training itu sangat menambah
pengetahuanku. Walaupun setelah itu aku jadi terkena gejala flu karena
kecapekan, aku jadi bersemangat dan menunggu training-training berikutnya! Aku
siap! ^_^ ![]() | |
aku saat presentasi :) |
stratifikasi bukan bagian dari seven tools,
BalasHapusyang kurang adalah control chart
good
BalasHapus