Jumat, 30 November 2012

Ngidam Tahu Tek


Pertengahan tahun 2004, aku mulai tinggal di Surabaya. Menjalani kehidupan anak kuliah sekaligus anak kost. Ngekost sudah biasa, sejak SMA di Malang. Yang bikin excited adalah aku akan kuliah! Di dalam benak sudah terbayang akan belajar hal yang menyenangkan, bebas mengatur jadwal sendiri, banyak teman, aktif organisasi, dan ga pakai seragam lagi! Hehe... Menarik dan sangat menantang.

Hidup di kota baru harus menyesuaikan diri dengan banyak hal. Dari suhu sejuk di kota Malang, mau ga mau aku harus bersahabat dengan panasnya suhu udara kota Surabaya yang sangat ekstrem, belum lagi kalau hujan banjir, dan segala hiruk pikuk ibukota provinsi Jawa Timur ini. Sebagai pendatang, aku belajar tentang rute jalanan dan jurusan-jurusan angkot (biar gampang kalau mau kemana-mana), menyambangi mall-mall’nya, pindah dari satu gereja ke gereja lain untuk sekadar merasakan atmosfer misa yang berbeda (gereja Katolik tentunya), dan yang paling seru adalah mencicipi makanan-makanan khas kota ini.

Pasti sudah pernah tau kan, rujak cingur, lontong balap, lontong kupang, lontong mie,  dan tahu tek adalah beberapa makanan khas Kota Pahlawan. Semuanya sudah pernah aku coba, dan yang paling aku suka dari semuanya itu adalah tahu tek.
Tahu tek terdiri atas tahu goreng setengah matang dan lontong yang dipotong kecil-kecil dengan alat gunting dan garpu untuk memegangnya, kentang goreng, sedikit taoge, dan irisan ketimun dipotong kecil-panjang (seperti acar), lalu setelah disiram dengan bumbu di atasnya, ditaburkan kerupuk yang bentuknya kecil dengan diameter sekitar 3 cm. Dalam beberapa variasi, penjual tahu tek juga menyediakan tahu telur yang dibuat dengan menggoreng tahunya bersama adonan telur.
Bumbu tahu tek terbuat dari petis, air matang secukupnya, kacang tanah, cabai, dan bawang putih. Bumbu diulek, yaitu ditumbuk sambil diaduk dengan ulekan dalam cobek cekung yang terbuat dari batu (bentuknya seperti mangkuk besar), sampai bumbu ini harus sangat kental. Petis yang digunakan dianjurkan petis dari Sidoarjo, karena terasa lebih enak dan asli sesuai dari daerah asalnya (Surabaya berbatasan langsung dengan Sidoarjo).

Penampakan Tahu Tek :)

Dinamakan tahu tek karena gunting yang digunakan untuk memotong bahan masakan (tahu, lontong, kentang, dan telur) dibunyikan terus menerus, walaupun bahan makanan telah habis dipotong, sehingga seperti berbunyi tek..tek..tek.. Versi lain menyebutkan bahwa penjualnya berkeliling menjajakan dagangannya sambil memukul penggorengan, sehingga berbunyi tek..tek..tek.. begitu asal mula namanya.

Di Surabaya banyak banget warung yang menyediakan menu ini, tapi tahu tek yang terkenal ada di Jalan Dinoyo, Tahu Tek Pak Ali namanya. Warungnya sederhana, bisa dibilang berukuran kecil jika dibandingkan dengan ketenaran namanya sampai ke kalangan pejabat dan artis ibukota. Dinding warungnya dihiasi foto-foto Pak Ali bersama dengan orang-orang terkenal, juga kliping-kliping dari surat kabar yang menampilkan ulasan tentang tahu tek buatannya. Ada juga Tahu Tek Pak Jayen, di daerah Dharmahusada, yang ga kalah enaknya.

Biasanya, anak kost sering direpotkan dengan urusan makan. Makan pagi dan siang bisa di kampus, dan kebetulan kalau malam tiba, penjual tahu tek bergerobak dorong  itu sering lewat di depan kostku. Ketika males keluar untuk beli makan malam, tahu tek bisa diandalkan untuk mengisi perut. Asal ga terus-terusan makan tahu tek, soalnya kandungan petis yang cukup pekat selalu meninggalkan “jejak” ga enak di lidah dan tenggorokan setelah memakannya. Tapi sekali-kali makan, ga pa-pa lah! Dan kalau menurutku sih, lebih enak tahu tek buatan bapak yang keliling ini daripada tahu tek Pak Ali. Hehe.. Peace (selera orang kan beda-beda to...) ^_^

Setelah lulus kuliah, aku meninggalkan kostku di kawasan jalan Gubeng Kertajaya itu. Aku mendapat pekerjaan pertamaku di kawasan Waru (Sidoarjo), otomatis aku kembali ngekost, kali ini di Jalan Kutisari, masih di Surabaya. Jarak antara kostku dengan kantor sekitar 7 kilometer, tapi hal itu ga masalah karena aku sudah bisa naik sepeda motor sendiri. Sampai sekarang ketika aku sudah pindah kerja, aku masih setia menghuni kost Kutisari ini.

Beda dengan kostku sewaktu kuliah dimana aksesnya dekat dengan sumber-sumber makanan, kostku sekarang ini letaknya di perumahan. Kebiasaan males keluar untuk beli makan malam tetap ada karena jarak warung terdekat 1 kilometer, tepatnya di depan pintu gerbang perumahan. Kalau jalan kaki, lama-lama capek juga. Mau naik motor, eh, kok terasa deket banget, jadi merasa bersalah karena menyumbang banyak emisi karbon ke bumi, hehehe...
Ah, ternyata penjual keliling dimana-mana ada. Sekitar jam 7 sampai 8 malam, lewat deh bapak-bapak yang mendorong gerobak, ada yang jualan nasi goreng, tahu campur, dan tentu tahu tek! Asyiknya, yang lewat bukan cuma satu orang aja, tapi bisa 2 sampai 3 orang menjual makanan yang sama. Jadi bisa milih mau masakan buatan bapak yang mana.

Aku sudah punya langganan penjual tahu tek keliling, seorang bapak agak gendut yang mendorong gerobak warna kuning. Orangnya lucu dan ramah, suka menggoda juga.
“Pakai lombok berapa?”
“Satu aja.”
“Ga sepuluh ta? Ntar kurang...”
Hah, kalau telurnya sepuluh baru mau aku.
“Pakai kerupuk ga?”
“Iya dong!”
“Ntar batuk?”
Ah, Bapak ini ada-ada aja...
“Pokoke kayak biasa, Pak.” Karena sudah sering beli, Bapak itu hafal dengan kesukaanku.

Tahu tek buatan Bapak ini agak beda dengan tahu tek yang biasa aku makan waktu masih kuliah. Bumbunya bukan berwarna hitam khas petis, tapi cenderung kecoklatan, dan rasanya pun lebih dominan kacang dibandingkan petisnya. Ga ada kecambah maupun potongan ketimun yang ditaburkan di atasnya. Tapi soal rasa tetep enak! Yum!

Beberapa bulan lalu, aku merasakan suasana yang beda waktu malam. Aku ga mendengar suara “tek..tek..tek..” yang khas itu. Kemana ya si Bapak Gendut? Gitu aku menyebutnya, soalnya aku ga tau namanya, hehe.... Berhari-hari ga lewat, akhirnya aku lupa sendiri. Kadang-kadang ingat lagi kalau pas kepengen makan tahu tek, tapi kalau ditungguin selalu ga lewat. Begitu terus, sampai aku penasaran lalu sengaja nungguin di depan kost (mungkin aja aku ga dengar suaranya karena lagi di dalam kamar), eeh...ga kunjung lewat. Pindah kemana ya dia? Atau jangan-jangan sudah meninggal? Ih, pikiranku ga boleh negatif. Sejak saat itu aku ga pernah makan tahu tek lagi.

Dua minggu lalu, secara ajaib aku dengar suara yang sangat kurindukan (hihihi....:p) Wah, si Bapak Gendut kembali!  Langsung aku cegat dia, kebetulan pas belum makan malam. Sambil membuatkan pesananku, kami ngobrol.
“Pak, sampeyan kemana ae? Kok ga pernah lewat?”
“Lho, lewat, Mbak. Malah ta’pikir Mbak’e sing wes pindah. Kok ga pernah beli lagi.”
“Ah, mosok? Wes ta’tungguin tapi ga lewat-lewat gitu.”
“Hehehe.. Iya, Mbak. Pulang kampung ke Pasuruan,” katanya tetep dengan gaya cengengesan, lucu.
Ternyata si Bapak Gendut sudah ga jualan 4 bulan, karena pulang ke kota asalnya di Pasuruan. Di sana bukan jualan tahu tek juga, tapi macul di sawah, bersama istri dan anak-anaknya juga. Jadi petani lah, gitu ceritanya. “Baru seminggu ini jualan lagi,” katanya.
Setelah itu, kami ngobrol banyak dan si Bapak ga sungkan menceritakan tentang kegiatannya di kampung, termasuk keputusannya kenapa kembali jualan tahu tek keliling di Surabaya daripada meneruskan jadi petani di kampung halamannya. Hmm, ternyata aku merasa sangat dihargai oleh si Bapak Gendut. Kalau kita mau membuka diri untuk orang lain, mereka pun akan membuka diri pula.
Wah, senangnya... Ngidam tahu tek-nya keturutan, bisa dapat cerita dari teman baru pula! Hehe...

Rabu, 31 Oktober 2012

Happy Birthday, Madridista!



Kemarin, tanggal 30 Oktober, salah satu Madridista —sebutan bagi fans klub sepakbola asal Spanyol yaitu Real Madrid— berulang tahun yang ke-26. Begitu senangnya ia, karena beberapa hari sebelumnya (Senin dini hari), Real Madrid menang 5-0 saat berhadapan dengan Mallorca di pertandingan La Liga. Peristiwa itu seperti kado indah baginya.
Ia menyebut dirinya Madridista sejati, yang selalu mendukung klub kesayangannya itu bagaimana pun keadaannya, menang atau kalah. Ga satupun pertandingan Madrid ia lewatkan. Cemerlangnya Cristiano Ronaldo selalu ia ceritakan dengan mata berbinar. Kecintaannya pada Real Madrid ibarat Tan 90° = ~ (tak terhingga sepanjang masa). Begitu bangganya ia meneriakkan “Hala Madrid!”, karena Real Madrid adalah jiwanya, semangatnya.

Apa artinya sebuah ulang tahun? Di usianya yang dewasa ini, tersimpan banyak harapan di dalam dirinya. Ia seorang yang suka merenda impian-impian, dan hal itu diikuti oleh pikirannya yang fokus tentang bagaimana mewujudkan impian tersebut menjadi nyata. Tujuan hidupnya jelas terpeta, oleh sebab itu setiap hari ia melangkah dengan optimis, bekerja giat dengan hati yang bersih, dan menjalankan rencana-rencana yang ia telah susun dengan begitu rapi. Alangkah bahagianya saat satu per satu impian tersebut telah terealisasi berkat usaha kerasnya. Cita-citanya ga pernah berhenti di satu hari. Setiap saat dimana pun berada, ia selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, selalu berupaya meraih indahnya berbagai elemen kehidupan. Coba tanyalah padanya, apa yang akan ia lakukan besok, atau satu tahun lagi, atau bahkan sepuluh tahun lagi. Ia pasti bisa menjawabnya, karena pola pikirnya panjang ke depan.

Ia seorang yang penyayang dan lembut. Betapa pasangannya merasa diperlakukan dengan sangat baik olehnya. Ia dapat menempatkan diri sebagai seorang pemimpin yang mengambil keputusan dan membimbing pasangannya. Saling menghormati dan toleransi selalu mengisi hari-hari saat berdua. Dua insan yang berbeda tapi selalu bisa jadi teman bertukar pikiran, rekan seru-seruan, sumber informasi, juga tempat curhat dan pendengar yang baik. Ga saling menuntut, tapi saling merendahkan hati untuk menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Komitmen yang terjalin berkembang menjadi target yang sudah dipasang. Doa-doa tak henti dipanjatkan, agar satu tahun lagi semua yang telah direncanakan menjadi indah pada waktunya.

Di dalam keluarga, ia dijadikan contoh yang baik bagi adik-adik dan saudara-saudaranya. Walaupun demikian, ia tetaplah seorang pria yang masih ingin menikmati masa muda (dan masa lajang). Ia gembira berkumpul dengan teman-teman, makan-makan, atau jalan-jalan ke luar kota. Kesukaannya selain sepakbola adalah baca komik, nonton film kartun, dan main game di komputer, PSP, maupun Ipod. Sense of humor-nya kuat, ekspresinya lepas, dan itulah salah satu daya tarik personalnya.

He is an amazing guy. He is my love. Apa yang aku cari dari sosok seorang pria, ada padanya. Nobody’s perfect, namun prinsip hidupnya yang tegas, ketegaran hatinya, daya juangnya, dan kesetiaannya membuatku percaya, bahwa ia akan menjadi orang hebat suatu saat nanti. Cukup lama mengenalnya, aku tahu benar bagaimana rekam karir serta pertumbuhan pribadinya. Ia sangat loyal pada sesuatu yang dicintainya, dikerjakannya, sama seperti loyalitasnya pada Real Madrid. Kami sudah merajut harapan bersama di masa depan, dan akan berjuang untuk mewujudkannya.

Sungguh masa depan itu memang ada, karena kamu telah berhasil melewati satu tahun lagi usiamu. Hal yang terkecil membentuk kesempurnaan, namun kesempurnaan bukanlah hal yang kecil.
Happy birthday, my beloved Madridista! This is dedicated for you, with my love and pray....
Hadiah ulang tahun dariku untuknya :)

Rabu, 17 Oktober 2012

Cantik Itu (Nggak Harus) Mahal!



Kita pasti sudah sering dengar ungkapan “Don’t judge a book by its cover”, jangan menilai buku hanya dari covernya. Dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan ini pun ditujukan supaya orang ga menilai orang lain hanya dari tampilan luarnya (fisik), tapi lebih penting menilai orang dari “dalam”nya, seperti budi pekerti, kepandaian, atau kemampuan.
Tapi bagaimanapun juga, kita ga bisa memungkiri kalau tampilan luar juga berpengaruh pada hubungan antarmanusia. Contohnya, bagaimana kita bisa mendapatkan posisi di dunia kerja jika pada saat interview tidak menampilkan diri yang pantas dan rapi? Klien atau customer pun ga akan membeli produk yang kita jual jika sebagai garda depan kita berdandan asal-asalan, jadinya ga enak dilihat. Lalu apa yang ada dalam pikiran kita, ketika melihat sekelompok anak muda berpakaian serba hitam nongkrong ga jelas di pinggir jalan, dengan tindik atau tato di sekujur tubuh, rambut dicat warna-warni, dan merokok? Pasti kita menilai anak muda tersebut urakan, pemalas, salah didikan, dan sebagainya. Maka dari itu, kesan pertama yang dilihat orang lain dari kita turut mempengaruhi penilaian terhadap diri kita.

Karena penampilan itu penting, maka sekarang banyak ditemui klinik-klinik kecantikan atau perawatan tubuh, baik tubuh secara keseluruhan maupun hanya bagian tertentu, misalnya wajah atau kuku. Beragam fasilitas yang disediakan, mulai dari yang luks berbiaya fantastis hingga salon-salon yang awalnya hanya menangani penataan rambut kini juga menambah komposisi mereka dengan menyediakan perawatan tubuh. Masyarakat pun bisa leluasa memilih tempat dan jenis perawatan yang mereka butuhkan, tentunya sesuai dengan gaya hidup dan budget masing-masing.

Aku termasuk jarang menggunakan jasa klinik perawatan semacam itu. Beruntungnya aku memiliki jenis kulit yang normal cenderung kering, jadi ga gampang jerawatan. Perawatanku sehari-hari ya cukup mandi dan cuci muka teratur dengan sabun yang lembut, pakai body lotion, pakai pelembab muka yang ada SPF-nya untuk menangkal sinar matahari, dan pakai krim malam. Produk yang aku pakai juga produk-produk umum yang banyak dijual di pasaran.
Beda dengan pacarku, dia memiliki jenis kulit yang sensitif dan gampang jerawatan. Awalnya dulu kulit mukanya kering dan agak kusam, jadi aku sarankan dia pakai pelembab. Untungnya dia mau ngikuti saranku. Setelah pakai pelembab secara teratur, mukanya mulai kelihatan cerah. Lama-kelamaan, dia jadi serius merawat kulit. Selain pakai pelembab, dia juga pakai body lotion, pastinya dia pilih produk yang khusus untuk cowok. Tentu aku senang karena dia ga gengsi untuk melakukan perawatan kulit yang biasanya monopoli kaum perempuan. Itu tandanya dia memerhatikan penampilan.

Walaupun sudah dirawat, wajar kalau sesekali masih muncul masalah pada kulit. Pacarku masih sering jerawatan, sampai-sampai tiap jerawatnya muncul, aku godain “Kamu mau ‘dapet’ (menstruasi), ya?” hahaha... Karena hal itu,  lalu aku teringat sesuatu.
Suatu hari, aku ngomong ke pacarku, “Eh, kita facial, yuk?”
“Ayuk. Ga pa-pa,” katanya.
Wah, aku senang ternyata dia mau. Mulailah aku cari informasi tentang klinik-klinik perawatan muka, jenis-jenis perawatannya, hingga harganya.
Dari berbagai tempat yang terkenal, misalnya Natasha, Esther, dan LBC (London Beauty Centre), akhirnya aku pilih yang terakhir karena pertimbangan lokasinya dekat dengan tempat tinggalku. Soal harga, relatif bersaing lah.

Akhirnya, pertengahan bulan lalu aku dan pacarku pergi ke LBC. Kalau aku sudah pernah facial, tapi bagi pacarku, ini adalah pengalaman pertamanya. Apa komentarnya setelah selesai? “Addoohh... Sakit banget! Apalagi pas bersihin komedo, dipencet kenceng-kenceng. Aku mau teriak rasanya. Sampe pegangan pinggir tempat tidurnya. Waktu di-masker enak, dingin, sampe ketiduran waktu nunggu maskernya kering.” Hahaha...  Beberapa hari kemudian, dia mengakui perbedaan wajahnya setelah di-facial, jadi bersih, halus, dan cerah.

Harga yang harus dibayar setiap facial memang lumayan, sekitar Rp 105 ribu ++. Walaupun prosesnya menyakitkan, tapi aku dan pacarku ga kapok mengulanginya. Minggu lalu, kami kesana lagi. Kali ini ga langsung facial, tapi konsultasi dulu dengan dokternya. Dia mau perawatan khusus biar ga gampang jerawatan, sedangkan aku mau menghilangkan bintik-bintik coklat di wajah. Bintik-bintik di wajahku ini bukan flek, tapi keturunan dari mamaku. Menghilangkannya harus dengan di-cooter atau seperti disulut dengan api gitu. Ada alat khusus untuk itu. Wow, serem ya? Tapi karena aku sudah pernah di-cooter, jadi sudah tau prosesnya seperti apa. Rasanya jauh lebih sakit dari facial biasa! Clekit-clekit gitu... Sesudah itu, muka jadi merah, timbul bekas luka, tapi dalam waktu 3-5 hari luka itu akan mengelupas dan kulit jadi bersih.

Selama dalam masa perawatan, alangkah lebih baik hasilnya jika ditunjang dengan produk yang tepat. Jadi setelah treatment, si dokter meresepkan beberapa produk yang harus dipakai. Belinya ya di Apotek LBC. Untuk pacarku, ada sabun muka anti jerawat, krim anti iritasi, krim pagi, dan krim malam. Kalau buatku cuma gel antibiotik untuk menyembuhkan bekas lukanya. Ketika membayar di kasir, harga yang disebutkan cukup membuat kami tercengang: Rp 575 ribu untuk pacarku, dan Rp 280 ribu untukku. Hmm...

“Gini ya perjuangan untuk kulit bagus...” gumam pacarku. Selain prosesnya sakit, produk yang harus dipakai cukup banyak, harganya lumayan mahal, dan kami harus rutin menjalaninya! Aku harus kembali kesana 2 minggu lagi untuk peeling, dan dia setidaknya harus 3 kali perawatan lagi. Geleng-geleng kepala jadinya.

Nantinya, semua perawatan dan biaya yang dikeluarkan itu akan berbanding lurus ketika melihat hasil kulit muka yang cerah dan mulus. Makanya kami merasa ga rugi mengeluarkan banyak biaya seperti itu. Kami pengen terus merawat muka dengan facial sebulan sekali. Tapi tentu perawatan dari luar ga ada artinya kalau ga didukung dengan perawatan dari dalam.

Sebenernya kulit terawat dan sehat bisa kok didapat dengan mudah dan murah. Anjuran yang paling sering dikemukakan adalah:
  1. Banyak minum air putih.
  2. Makan buah-buahan dan sayur-sayuran hijau. Katanya mangga, jeruk, dan anggur adalah buah yang bagus untuk kulit karena kaya kandungan likopen dan vitamin C. Teh hijau juga bagus karena mengandung kolagen yang menjaga kulit tetap kenyal.
  3. Menghindari sinar matahari antara jam 10 pagi sampai 4 sore, karena tinggi ultraviolet yang dapat merusak kulit. Sebaiknya melindungi kulit dengan sunblock, memakai jaket, topi, kacamata hitam, atau payung saat berada di luar ruangan.
  4. Tidak minum minuman beralkohol dan tidak merokok.
  5. Cukup tidur (istirahat), olahraga, dan seimbang antara pola makan dengan gaya hidup.
  6. Bila perlu, lengkapi dengan suplemen khusus untuk kulit seperti vitamin E.
Satu lagi yang paling penting, jangan mudah percaya pada iklan-iklan produk perawatan kulit atau wajah yang mengeklaim dirinya tidak hanya bekerja di permukaan tapi dapat menembus jauh ke dalam kulit. Karena menurut info yang pernah aku baca, kulit manusia terdiri dari beberapa lapis dan sudah ada penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada satu pun krim yang dapat menembus lapisan teratas pada kulit. Cek artikel lengkapnya disini.

Jadi, siapapun bebas memilih seperti apa ia hendak memperindah tampilan dirinya: apakah dengan berbagai perawatan dan produk kimiawi yang mengeluarkan banyak biaya, atau dengan cara alami yang dipercaya lebih aman, tidak mempunyai efek samping bagi kesehatan, dan pastinya lebih hemat. Jika kembali ke ulasan di awal, manakah yang lebih Anda pilih: cantik atau pintar? Tampan tapi bodoh atau jelek tapi pintar? :)

Sabtu, 22 September 2012

Jika Cinta Itu Sebuah Kue

Setelah di blog sebelumnya aku cerita tentang suka-dukanya bisnis kuliner (blog: Serba-Serbi Jualan Makanan), kali ini aku mau praktek. Bukan praktek buka restoran, tapi praktek masak. Aku mau membuat kue namanya “Kue Cinta”.

Kue ini terambil dari buku kumpulan resep warisan leluhur. Jadi memang sudah lama ada. Mungkin namanya kurang komersil alias biasa banget, jadinya banyak yang menduga-duga seperti apa sih kue ini? Apa berbentuk hati, berwarna pink, sebagaimana lazimnya rupa "cinta"? Lalu, apa istimewanya?

Nah, setelah ini, diharapkan kue klasik ini disukai oleh masyarakat, khususnya kaum muda; selain semua varian kue yang ada modern ini, seperti Rainbow Cake, Red Velvet, atau Macaroons. Yuk, simak bahan-bahan dan cara membuat kue ini!

Bahan-bahan dasar:
  • 1 Pria sehat
  • 1 Wanita sehat
  • 1 bungkus penuh usaha
  • 100% komitmen
  • 2 pasang restu orang tua
  • 1 bungkus kasih sayang murni
Bumbu-bumbu dan bahan pelengkap:
  • Humor secukupnya
  • Rekreasi secukupnya
  • Doa secukupnya
  • Komunikasi secukupnya
Cara membuat:
  • Pria dan wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.
  • Aduk bahan-bahan dasar, bumbu, dan bahan pelengkap hingga tercampur rata dan mengembang, tunggu selama minimal satu tahun.
  • Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu kedua pasang orang tua secara merata.
  • Masukkan semua bahan ke dalam Loyang Asmara dan panggang dengan Api Cinta yang merata selama kurang lebih satu jam di depan pemuka agama.
  • Kue siap dinikmati.
Tips:
  • Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang.
  • Jangan yang satunya terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat memengaruhi kelezatan.
  • Sebaiknya beli bahan di toko yang bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.
  • Jangan beli di tempat yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya, tapi kadang menipu konsumen, dan bisa jadi menggunakan bahan-bahan kimia dan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
  • Gunakan kasih sayang cap "IMAN, HARAPAN, & KASIH" yang telah mendapatkan standar mutu dari Departemen Kesehatan dan Departemen Agama.
Catatan: 
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati selagi masih hangat. Tapi jika sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa, kemudian masukkan ke oven bernama "Tempat Ibadah" dan nyalakan api cinta untuk menghangatkannya. Setelah mulai hangat, jangan lupa tambahkan komunikasi secukupnya bila berjauhan.


Demikianlah resep Kue Cinta yang sudah ada dari zaman nenek moyang kita. Ternyata bukan kue dalam arti sesungguhnya :)
Petuah leluhur yang satu ini memang sudah terbukti kualitasnya. Jadi tunggu apa lagi?

Bagi yang belum menikah dan sedang merencanakan pernikahan, mari kita mempersiapkan diri untuk membuat Kue Cinta ini. Bagi yang masih sendiri dan merindukan datangnya belahan jiwa, seperti katanya Mario Teguh: indahkanlah dan pantaskanlah diri sendiri, berlakulah penuh hormat, lembutlah pada sesama, agar kita menjadi pribadi yang baik bagi keindahan jiwa yang telah Tuhan persiapkan untuk kita. Pria yang baik untuk wanita yang baik, dan sebaliknya.
Bagi yang sudah menikah, semoga Tuhan mengaruniakan rezeki yang baik, kesehatan jasmani dan rohani, keluarga yang bahagia, serta kesetiaan sampai akhir waktu, setelah membuat dan memakan Kue Cinta ini.

Yang setuju denganku dan mempunyai harapan sama, katakan: AMIN! 

Senin, 27 Agustus 2012

Serba-Serbi Jualan Makanan


Awal Agustus lalu, di kota Kediri dibuka restoran baru. Namanya Warung Leko, dengan tagline “Spesialis Iga Sapi Penyet”. Tentu menu andalannya adalah iga, bisa dipenyet, digoreng tepung, dibakar, dibuat sup, atau dipanggang di hot plate. Selain iga, juga ada ayam, bebek, gurami, empal, babat, sumsum, bakwan, dan menu-menu Indonesia lainnya. Restoran ini merupakan franchise dengan berbagai cabang di Indonesia tapi berpusat di Surabaya, dan pemilik franchise di Kediri itu adalah saudaraku.




Membangun sebuah restoran yang cukup besar dan sudah punya nama di Surabaya merupakan tantangan berat bagi saudaraku. Apalagi karena ga ada background atau pengalaman usaha restoran sebelumnya. Berada di tengah kota yang cukup strategis, dekat dengan jalan besar dan perkantoran, restoran ini didatangi pembeli setiap hari. Sejak pembukaannya pun, restoran ini selalu rame ga kenal waktu. Saat libur lebaran yang lalu, aku menengok restoran itu dan mengorek cerita dari mereka.

Karena merupakan franchise, menu dan rasa masakannya harus otentik dengan aslinya. Jadi 25 orang karyawannya di-training dulu di Surabaya selama satu bulan. Untuk urusan racikan bumbu, ga perlu khawatir, karena semua dikirim dari Surabaya. Jadi pihak sini tinggal menyediakan bahan mentahnya. Urusan mencari supplier bahan juga ga mudah. “Kami sangat selektif memilih iga, karena kebanyakan supplier di sini menjual iga yang kecil dengan daging tipis, sedangkan di Surabaya iganya besar-besar,” cerita awalnya. Semua itu demi menyamakan kualitas dengan kepunyaan Surabaya.

Sebelum punya supplier tetap, mereka mengaku harus belanja sendiri ke pasar. Bangun jam 4 atau setengah 5 pagi, mereka berburu iga dan bahan-bahan lainnya. Lalu menyiapkan dan mengecek stok di dapurnya, briefing para pegawai, sampai restoran buka jam 11 siang.
Sekarang mereka sudah mempunyai supplier bahan mentah –khususnya iga– yang sesuai dengan standar restoran: iga besar-besar dengan daging tebal. Hmmm... Tapi mereka juga tetap belanja bahan tertentu, yang ga bisa diantar oleh supplier-nya.
Di dapur, mereka punya tiga freezer besar penuh berisi stok daging mentah, lalu ada freezer untuk sayuran, juga kotak-kotak berisi bahan-bahan lain. Cukup siap untuk memenuhi permintaan pengunjung.

Betapa ribetnya restoran saat awal-awal buka dulu! Nama besar Warung Leko, ditambah dengan banyaknya pilihan menu, rasa yang enak, dan harga yang pantas membuat antusiasme pengunjung sangat tinggi, apalagi menjelang waktu berbuka puasa. Begitu adzan terdengar, mereka pun “komplain” meminta makanannya segera dikeluarkan, padahal kan tetap harus menunggu antrian dan makanan ga bisa matang dalam sekejap. Akibatnya, mereka pun pontang-panting melayani pengunjung. Agak di luar dugaan rupanya. “Gila, saking ramenya, aku ga bisa istirahat. Sampai otakku ini hang. Ga nyambung kalau diajak ngomong, badan juga capek banget, wes ga bisa mikir pokoke...” kata saudaraku.

Saat sedang rame-ramenya pengunjung, aku mengintip ke dapurnya. Suasana dapur begitu ribut dan sibuk! Untung pembagian tugas sudah jelas, ada koki yang memasak, kemudian bagian makanan dan minuman semuanya dikerjakan tersendiri. Kualitas makanan dan minuman selalu dipastikan baik sebelum disajikan ke pengunjung oleh bagian Quality Control. Saudaraku juga sampai turun tangan ke dapur, mengawasi dan memastikan pesanan sudah dimasak dengan benar. Bagian yang nyuci piring pun ga berhenti bekerja karena piring-piring dan gelas kotor selalu menggunung. Ribetnya dapur dan para pelayan pun makin menjadi waktu ada pesanan tambahan, pesanan yang di-cancel, maupun pesanan yang diganti atau ditukar dengan menu lain. Fisik, mental, dan keterampilan benar-benar ditempa di sini.

Bersiaplah mengantri dan mencari meja kosong saat jam makan tiba. Pada jam makan siang, pegawai-pegawai kantoran datang berombongan. Oya, di sana juga tersedia ruang VIP untuk minimal 10 orang, jadi bisa makan sambil ngobrol lebih santai dan private. Pernah ada rombongan dari suatu bank yang makan dan ngobrol di situ sampai 4 jam! Tapi makanannya banyak yang sisa, “Mentang-mentang diklaim-kan ke kantor,” kata saudaraku geleng-geleng kepala.
Nah, kalau jam makan malam, giliran keluarga dengan anak-anak yang mendominasi restoran. Yang pesan take away juga banyak.

Para staf di dapur maupun waiter dan waitress-nya mengaku sangat kewalahan dan kekurangan tenaga, karena pesanan datang terus menerus. Sampai sekarang, restoran selalu rame dan beberapa pengunjung terlihat kembali lagi sambil membawa kenalan atau keluarga. Akhirnya saudaraku itu memberdayakan adik-adiknya, sepupu-sepupu, dan saudara lainnya untuk membantu di restoran, misalnya bagian kasir, atau ikut membantu hal yang ringan seperti mencetak nasi. Pokoknya mbantuin semua hal yang bisa dibantuin lah!
Hampir tiap hari Mamaku kesana untuk membantu. Katanya, pernah dalam sehari iga-nya terjual 100 kilo! Belum termasuk menu-menu lain. Luar biasa.

Namanya juga berurusan dengan pengunjung, otomatis harus siap menerima segala pertanyaan, aduan, dan keluhan. Paling sering sih kalau makanannya terlalu lama keluar. Macem-macem deh kelakuan pengunjung itu. Ada yang tanya bisa pesan untuk jam 8 pagi atau ga? Ya pasti ga bisa karena dapurnya belum siap. Ada kejadian pesan take away sup iga tapi bawa rantang sendiri, dengan pesan “Kuahnya yang banyak.”

Trus ada cerita lucu. “Waktu itu, ada 2 orang datang untuk reservasi, mau pakai ruangan VIP lagi! Alasannya, ‘Kok berisik, ya?’ Masa cuma 2 orang aja pakai reservasi?! Aku tolak soalnya kalau reservasi dan di ruang VIP minimal 10 orang. Eh ternyata dia marah-marah, katanya, ‘Apa bedanya? Kan kita sudah ngasih uang ini. Kalau gini kan mengecewakan customer..bla bla bla..’ Gayanya itu sok banget! Aku udah pengen ngamuk, tapi mau apa lagi selain cuma bisa bilang maaf, ga bisa. Dan akhirnya, mereka mau kok duduk di meja pojok situ. Tapi, ga tau apakah mereka itu pacaran, atau lagi pedekate, atau baru jadian, mereka duduk di situ 2 jam lebih! Gitu gaya mau pakai ruang VIP. Kalau kamu cuma 2 orang tapi sampai 2 jam di ruang VIP ya aku sing mumet, Le...” gitu curhatan saudaraku. Haha...

Sudah hampir satu bulan buka, mereka mengaku sekarang keadaan lebih terkontrol. Tentu masih banyak kekurangan di sana-sini, dan mereka juga terbuka terhadap masukan dari orang lain, demi peningkatan pelayanan dan kenyamanan. Mereka sudah mampu mengelola kepanikan yang terjadi saat rame-ramenya pengunjung.  Otaknya sudah ga se-hang dulu, tapi tetep masih sering hang, hahaha!
“Awalnya masih bisa bangun setengah 5 buat ke pasar, tapi hari berikutnya jadi jam 6, besoknya lagi jadi jam 7. Pokoknya molor terus soalnya ga kuat, badan capek banget,” katanya sambil menjelaskan ritme kerjanya. “Siap-siap di restoran mulai jam 9 atau 10, buka jam 11 siang, trus rame sampai malem. Jam 9 malem kan last order, tapi orang makan bisa sampai jam setengah 10 atau jam 10. Setelah tutup, cek stok di dapur, beres-beres, trus briefing pegawai bisa sampai sekitar jam 12 malem. Pulang ke rumah, mandi, tidur sekitar jam 1 pagi. Eh, jam 5 pagi alarm udah bunyi. Begitu terus tiap hari...” Yah, namanya juga cari uang...  Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ^_^

Jualan makanan atau bisnis kuliner memang ga gampang. Terutama karena kita harus menyesuaikan dengan selera banyak orang. Produksinya memerlukan kreativitas, dan kualitas makanan menjadi prioritas. Konsistensi rasa makanan harus tetap dijaga sama enaknya setiap hari, begitu pula jika sudah mempunyai banyak cabang –seperti Warung Leko ini– cita rasa dan kualitas di semua cabang harus sama.

Setujukah Anda, jika kini makanan ga cuma sebuah kebutuhan untuk hidup, melainkan sudah menjadi semacam gaya hidup, khususnya di kota-kota besar. Persaingan jadi semakin sengit karena bermunculannya restoran-restoran baru, dengan menu-menu yang unik. Nah, kalau pandai melihat peluang dan menggabungkan dengan gaya hidup masyarakat, bisa jadi produk makanan kita disukai banyak orang.

Selain itu, tak kalah pentingnya adalah menyesuaikan dengan daya beli masyarakat. Lingkungan tempat bisnis harus diperhatikan. Jangan sampai harga makanan kita mahal, sementara daya beli masyarakat rendah.  Kacau deh bisnisnya.

Aspek lainnya yang perlu diperhatikan adalah pemasaran. Untuk itu kita perlu melakukan analisis pasar; apakah untuk kalangan menengah ke atas atau menengah ke bawah? Lalu bagaimana teknik pemasaran yang akan digunakan. Beruntungnya, sistem franchise jadi menekan biaya untuk promosi. Tanpa memasang iklan, spanduk, ataupun menyebar brosur, pembeli datang dengan sendirinya karena sudah familiar dengan namanya.

Apapun pilihan bisnis yang kita jalani, semuanya memerlukan passion, ketekunan, dan keuletan untuk sukses. Begitu juga dengan bisnis kuliner. Mulai dari bahan baku, alur produksi, penyajian, dan layanan harus direncanakan dengan matang. Ditambah inovasi berkelanjutan yang menekankan pada keunggulan produk, jangan abaikan faktor kebersihan, serta adanya penanganan resiko yang baik.

Jadi kalau ke Kediri, jangan lupa makan di Warung Leko, ya! Makanannya juga sudah terbukti enak-enak, harganya berkisar mulai Rp 8 ribu-Rp 40 ribu. Tempatnya di Jalan Ronggowarsito. Buka setiap hari jam 11 siang sampai jam 9 malam (weekdays), dan untuk Sabtu-Minggu tutupnya jam 9.30 malam. 
Hidup iga penyet!

Jumat, 27 Juli 2012

Enjoy Singapore!

Jam menunjukkan pukul 00.15 waktu setempat, tanggal 14 Juli dini hari, saat pesawat ValuAir yang kutumpangi mendarat di Bandara Changi, Singapura. Capek sih, setelah menunggu pesawat yang delay selama 5 jam! tapi yang lebih aku rasakan adalah very excited! Selama satu minggu, aku akan menjelajahi negeri Singa ini.

Kesan pertama, Singapura itu sangat bersih dan sangat teratur, dengan berbagai etnis manusia berkumpul di sana, seperti China, Jepang, Malaysia, India, termasuk dari Indonesia, juga ada bule-bule ras Kaukasoid itu. Aku beruntung karena kakakku bekerja di sana, jadi aku bisa tinggal di apartemennya yang berada di Orchard Road, salah satu pusat belanja terkenal di Singapura.

Aku begitu takjub saat melihat Singapura, karena di pinggir jalan ga ada rumah-rumah penduduk seperti di Indonesia. Semuanya bangunan-bangunan tinggi, baik apartemen maupun kantor. Begitu pula masyarakatnya. Di Singapura, kerap dijumpai kakek-kakek maupun nenek-nenek yang masih bekerja, seperti sebagai waiter/waitress di restoran, sopir taksi, sopir bus, cleaning service, sampai menjadi pemandu atau karyawan di tempat wisata. Hal ini terjadi karena Singapura ga memberi jaminan hari tua pada warganya, jadi mereka harus tetap bekerja demi hidup.

Jalanan di Singapura sangat lebar, dengan berbagai pohon besar dan taman kota yang menambah sejuk suasana. Kultur orang-orang di sana sangat suka berjalan kaki, jadi trotoar dibuat lebar, dilengkapi beberapa bangku seperti di taman, tempat sampah, dan spot untuk smoking area. Jadi ga ada orang yang merokok sambil jalan-jalan, apalagi buang sampah atau puntung rokok sembarangan. Bisa kena tilang sampai $1000! Singapura sangat ketat soal kebersihan.
Di semua jalan, mobil pribadi sangat jarang ditemui, apalagi sepeda motor, hampir tidak ada! Alat transportasi andalan mereka adalah bus dan MRT (Mass Rapid Transit, yaitu kereta cepat di bawah tanah yang stasiun dan rute-nya sangat banyak, bisa menjangkau seluruh tempat di Singapura), juga ada taksi. Jadi beda sekali dengan di Indonesia, dimana mobil pribadi mendominasi jalanan, ditambah sepeda motor yang begitu banyak, belum lagi angkutan umum yang menaik-turunkan penumpang seenaknya hingga menimbulkan kemacetan.

Pengalaman naik transportasi umum di Singapura sangat seru. Pertama kita membeli kartu sebesar kartu ATM gitu, dan menaruh deposit beberapa dolar di dalamnya. Nah, kartu ini dilengkapi dengan sensor, jadi setiap naik bus, kartu ini ditempelkan pada alat pembaca sensor itu, lalu tinggal duduk dengan tenang. Busnya sangat bersih, ber-AC, dan berjalan dengan tertib. Ia hanya akan berhenti di halte-halte, jadi ga bakal bisa mencegat bus dan naik atau turun sembarangan di pinggir jalan. Ga ada istilah angkutan umum yang “ngetem”. Setelah tiba di tujuan, kartu ini ditempelkan lagi di alat pembaca sensor yang ada di pintu keluar, secara otomatis kita sudah dianggap “membayar” karena saldo yang terdapat di dalam kartu itu sudah berkurang. Jadi ga ada kondektur di dalam bus! Jika ga punya kartu itu, masih bisa membayar dengan uang tunai yang berada di pintu masuk.
Kalau naik MRT, ga bisa bayar pakai uang tunai, jadi harus punya kartu itu. Stasiun-stasiun MRT biasanya ada di lantai paling dasar dari mall. Makanya sampai jam 12 malam mall masih terang benderang, walaupun toko-tokonya memang sudah tutup, karena mall itu adalah jalur lalu-lalang penumpang dari dan menuju MRT. Kartu ditempelkan pada pintu masuk stasiun MRT, lalu masuk peron, dan lihat papan-papan penunjuk arah mana yang akan kita tuju. MRT berjalan sangat cepat, paling sekitar 5 menit naik, kita sudah sampai di stasiun berikutnya. Setiap kali naik bus atau MRT, tarifnya sekitar $0,7 sampai $1,5 (Rp 6000-Rp 12.000) tergantung jauh-dekatnya jarak.
Kalau depositnya habis, bisa diisi ulang di mesin khusus seperti mesin setor tunai di ATM. Tinggal masukkan kartu, masukkan uang, ikuti instruksinya, setelah kartu sudah terisi jadi bisa dipakai lagi. Pantesan stasiun MRT selalu penuh orang, soalnya aku merasakan nyaman, bersih, aman, dan tentu cepat sampai ke tujuan.

Destinasi wisataku di Singapura diawali dengan mengunjungi Marina Bay Sands. Disana ada mall, hotel, casino, museum, gedung teater, semuanya jadi satu tempat di pinggir Sungai Singapura (Singapore River). Waktu malam, nonton "Light and Water Spectacular", perpaduan air mancur dengan sinar laser yang luar biasa bagus banget!! Setelah itu, jalan menyeberangi Helix Bridge, jembatan terpanjang di Singapura (280 meter) yang berbentuk mirip struktur DNA, berkelip-kelip lampunya so beautiful!
Jam udah menunjukkan pukul 10 malam, tapi di sisi seberang Marina Bay ada tempat makan yang masih ramai. Jadilah kami pesan makanan khas Singapura seperti Hokkian Mie, Fried Carrot Cake (namanya carrot tapi percayalah ini ga ada wortelnya sama sekali! Potongan lobak yang dicampur tepung lalu dikukus, digoreng dengan telur dan bawang putih), Chicken Wings, Sting Ray (ikan pari) bakar, dan Prawn Omellete. Minumnya Ice Sugarcane Lemon yang rasanya mirip es tebu yang diberi lemon. Wah, makanan Singapura enak-enak! Harganya berkisar antara $6 sampai $15 per porsi, es sugarcane lemon-nya $2 per gelas.
Abis makan, kami menuju Esplanade Building, yang masih ada di dekat situ. Bangunan beratap bundar unik mirip durian ini adalah gedung pertunjukan, seperti kalau ada konser musik, teater, opera, tari, dan sebagainya. Sayang, sudah tutup. Tapi kami masih bisa masuk dan melihat-lihat dalam gedung itu.
Dekat Marina Bay ada Singapore Flyer, The Giant Observation Wheel dengan tinggi 165 meter. Bersama dengan Merlion, patung berkepala singa-berbadan ikan yang sangat terkenal itu, Singapore Flyer, Marina Bay, dan Esplanade sering diabadikan sebagai ikon kota Singapura.

Di Singapura juga ada kebun binatang, namanya Singapore Zoo, Night Safari. Tempat wisata ini agak jauh, sekitar 1 jam perjalanan naik bus dari Orchard. Namanya juga Night Safari, tempat ini buka mulai jam 19.30 sampai 24.00. Tiketnya $20 per orang dewasa, $13 untuk anak-anak. Untuk melihat hewan-hewannya, kita harus naik kereta menyusuri rute yang dibuat, lamanya sekitar 25 menit. Tempatnya dibuat mirip dengan hutan alami. Gelap banget, tapi hewan-hewannya disorot dengan lampu jadi masih terlihat. Di dalam kereta juga ada pemandu yang menjelaskan hewan-hewan yang kita lihat.
Selain kebun binatang, di tempat ini juga ada toko souvenir, restoran, dan yang paling menarik adalah pertunjukan "Thumbuakar, Fire Show". Para pemerannya pakai baju mirip Indian, bawa tongkat bersulut api, lalu menari-nari. Setelah itu menenggak minyak tanah, lalu menyemburkannya ke arah api jadi apinya membesar. Mereka juga berinteraksi dengan penonton. Lucu dan menghibur sekali. Trus kita juga bisa foto dengan beberapa hewan seperti burung hantu dan ular.
Oya, di entrance hall-nya ada penjual jus yang botolnya mirip jam pasir tapi panjang. Lucu! Aku jadi beli jus mangga seharga $6,9. Cukup mahal untuk ukuran jus. Tapi botolnya lucu, dan aku suka. Kenang-kenangan dari Night Safari. Hehe...

Kalau ke Singapura, wajib mengunjungi tempat ini: Sentosa Island. Untuk menuju kesana, bisa naik MRT, bus, ataupun taksi. Tempat ini memang dikelola dengan baik untuk memanjakan para wisatawan. Di dalamnya ada hotel, casino, mall, restoran, bermacam-macam tempat bermain, toko souvenir, dan sebagainya; pokoknya tempat ini adalah tempatnya para turis!
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengambil map guide dan jadwal pertunjukan. Biar berwisatanya maksimal, kita harus mempelajari dulu lokasinya, lalu memperhatikan jam-jam pertunjukannya. Setelah itu, baru kita memutuskan mau mengunjungi tempat yang mana dulu.
Masing-masing wahana punya tarif masuk sendiri, berkisar mulai $10. Bagi yang suka tantangan, harus coba naik Skyline, kereta gantung yang membawa kita ke ketinggian, lalu turunnya menaiki Luge, yang mirip gokart tapi ga bermesin. Jadi tinggal “ngglender” ngikuti jalan sambil gerakkan kemudinya. Tarifnya $12,5 per orang untuk satu kali naik Skyline + Luge. Banyak yang ketagihan dan ingin lagi, jadi kita bisa membeli paket untuk 3x naik. Seru!

Kalau capek berjalan kaki, kita bisa naik tram (kereta) yang membawa kita berkeliling Pulau Sentosa atau naik Cable Car, kereta gantung yang memungkinkan kita melihat pemandangan Sentosa dari ketinggian (tarif $29). Selain itu, juga terdapat replika patung Merlion yang menjadi tujuan utama para turis untuk berfoto.

Karena merupakan pulau, di Sentosa ada pantai yang dinamakan Siloso Beach, Palawan Beach, dan Tanjong Beach. Semuanya indah! Di Palawan, ada Animal & Bird Park, kita juga bisa menyewa segway dengan tarif $12 per round. Sedangkan di Siloso ada flying fox dengan panjang 450 meter dan tinggi 75 meter! Tarifnya $35 sekali naik. Kita juga bisa main voli pantai dan masuk ke arena Laser Battle (tarif $18). Semuanya seru!
Nah, pertunjukan yang ga boleh dilewatkan adalah Songs of The Sea, letaknya di Siloso Beach. Tiketnya $10 per orang, dan selalu penuh. Jadi harus beli dulu sejak masuk ke Siloso, biar ga kehabisan, soalnya dalam 1 hari cuma ada 2 kali pertunjukan. Ini adalah pertunjukan air mancur dan sinar laser, mirip dengan di Marina Bay, tapi jauh lebih bagus karena ada teater musikalnya juga. Pokoknya keren! Two thumbs up!

Masih di Sentosa, Universal Studio adalah tempat paling menyenangkan berikutnya. Tempat ini adalah surga bersenang-senang! Tiket masuknya cukup mahal, untuk dewasa $68 waktu weekdays dan $74 waktu weekend; untuk anak-anak sekitar setengahnya. Untung aku datang kesana waktu hari Rabu. Walaupun bukan weekend, ternyata cukup ramai. Jangan lupa, ambil map guide dan jadwal pertunjukan dulu!

Universal Studio dibagi jadi 7 zona: Hollywood, New York, Sci-Fi City, Ancient Egypt, The Lost World, Far Far Away, dan Madagascar. Setiap zona mempunyai keasyikan masing-masing, sesuai karakternya. Secara garis besar, ada yang namanya Street Entertainment, yaitu semacam parade atau pertunjukan yang diadakan di jalan-jalan; Stage Shows, yaitu pertunjukan di dalam gedung; dan Meet and Greet Character, dimana kita bisa berfoto dengan orang-orang yang pakai baju bermacam-macam tokoh dan berada di sepanjang arena.

Permainan di sana benar-benar banyak dan bikin antusias, mau dicoba semuanya. Di zona Ancient Egypt ada Revenge of The Mummy: roller coaster indoor yang gelap dan sangat cepat, lumayan serem. Di zona The Lost World ada Jurassic Rapids Adventure, seperti arung jeram dan pasti kita dibuat totally wet! Ada juga show WaterWorld dimana adegan stuntman bersama semburan air, api, kepulan asap, dan pesawat terbang asli seperti di  filmnya!
Di Far Far Away, kita bisa nonton pertunjukan 4D tentang petualangan Shrek, Putri Fiona, dan Donkey-nya itu. Di zona New York kita bisa melihat cara membuat efek film action arahan sutradara Steven Spielberg. Jangan lewatkan pertunjukan “Monsters Rock” di zona Hollywood, teater musikal live yang panggungnya megah dengan sinar laser. Aku paling suka di Sci-Fi City, yang digambarkan sebagai kotanya Transformers. Disana ada Battlestar Galactica: roller coaster merah-biru yang heboh banget, juga Transformers The Ride: pertunjukan 3D yang seru dan keren abis! Pokoknya semua menarik, dari segi arsitekturnya unik, wahana-wahananya seru, pertunjukannya spektakuler, dan pastinya taman hiburan semacam itu disukai oleh semua usia. Berangkat pagi, pulangnya sudah malem...

Singapura memang komplit. Setelah jalan-jalan dan bersenang-senang, waktunya beli oleh-oleh untuk yang di tanah air. Mall memang jamak ditemui, namun kalau ingin barang dengan harga yang lebih murah, bisa mengunjungi Bugis atau Chinatown. Di tempat ini kita bisa belanja souvenir seperti kaus, gantungan kunci, magnet kulkas, dan segala macam pernak-pernik bergambar Singapore. Juga ada toko barang keperluan sehari-hari, toko cemilan, dan pasar buah. Misalnya kaus, beberapa stan memasang tulisan beli 3 semua ukuran hanya $10 sampai $12. Gantungan kunci satu set isi 6 buah harganya $10, dan tentu saja masih bisa ditawar.

Bagi yang masih kuat berjalan-jalan dan betah melek, kunjungi Clarke Quay. Tempat ini terkenal sebagai pusat jalan-jalan malam. Kebanyakan berupa restoran atau cafe dan pub (tempat dugem), dan cukup lengkap pilihan makanannya. Ada makanan Amerika seperti burger atau steak, makanan India, makanan Arab, makanan Melayu, makanan Spanyol, juga bisa memilih wine atau cocktail. Duduknya bisa di dalam restoran, bisa di luar, seperti tempat nongkrong lah...
Clarke Quay ini letaknya di pinggir Sungai Singapura, jadi kalau mau berjalan kaki menyusuri sepanjang sungai, kita bisa sampai di Marina Bay. Tapi ya lumayan jauh. Mau duduk-duduk saja di pinggir danau? Boleh.
Di salah satu jalan ada penjual Ice Cream Turkish. Tempat ini menyedot perhatian banyak pengunjung, karena penjualnya memakai pakaian seperti Alibaba. Pria berusia 50 tahunan itu menampilkan atraksi lucu setiap menciduk es krim. Beberapa pembeli –termasuk aku– tertipu saat mau menerima es krim yang ia berikan, karena kecepatan tangannya, es krim ga jadi berpindah tangan. Jadi merasa dikerjain sama dia! Hehehe... lucu banget! Rasa es krim-nya sih biasa aja, harganya $5 per cup.

Singapura membawa kesan positif di mataku. Negara ini benar-benar nyaman ditinggali. Sebagai turis, hampir tiap hari aku berangkat sekitar jam 10 pagi, pulang lebih dari jam 12 malam. Setelah seharian capek berjalan kaki, masih banyak cafe yang buka 24 jam. Ga perlu bingung kalau mau makan atau sekedar ngopi. Dini hari pun jalanan masih terang, beberapa mobil masih sliweran di jalan, banyak juga orang yang masih jalan-jalan. Di beberapa tempat, ada keran yang airnya bisa diminum. Singapura pun sangat peduli pada orang dengan keterbatasan fisik, hampir semua fasilitas umum mempunyai fasilitas juga untuk pengguna kursi roda. Apartemen maupun gedung kantor mempunyai sistem pengamanan sendiri, dimana hanya penghuni saja yang punya chip kartu akses buat masuk. Semua fasilitas dipelihara dengan baik dan terjaga kebersihannya.

Kuliner Singapura juara! Beberapa makanan yang aku sebutkan di awal adalah makanan khas sana. Coba juga Prawn Noodle (mie kuah merah dengan udang dan daging), Ya Kun Kaya Toast With Butter (roti panggang isi selai kaya dan mentega), Frog Porridge (bubur dengan kodok masak kecap), Salted Egg Crab (kepiting saus telur asin), White Pepper Crab (kepiting lada putih), dan Ribena (Juice Blackcurrant). Lucunya, aku disana juga sempat makan Smashed Fried Chicken (ayam penyet) dan Smashed Beef Steak (empal penyet) di restoran Indonesia. Ini gara-gara temannya Mamaku yang sudah lama tinggal di sana ngidam makan empal. Hahaha...
Oiya, tips kalau mau makan di Singapura, jangan lupa bawa tissue! Semua tempat makan di Singapura ga menyediakan tissue di mejanya. Biasanya mereka sedia tissue basah, tapi tentu harus bayar. Nah, kalau ga bawa, kita bisa beli tissue dari para “pengemis”. Ya, “pengemis” di Singapura yang kutemui –khususnya di kawasan Orchard– bukan sekedar menengadahkan tangan meminta uang dari pengguna jalan, tapi mereka berjualan tissue! Luar biasa ya.

Aku sangat enjoy berada di Singapura. Setelah liburan 1 minggu, tanggal 19 Juli aku harus kembali ke Indonesia. Saat kembali naik motor di jalanan Surabaya yang padat, jadi ingat jalanan Singapura yang bersahabat. Rasanya pengen pindah ke sana, masih terbayang-bayang bagusnya Singapura. Hehe.. Banyak tempat menarik yang belum aku kunjungi, dan aku berharap  suatu saat nanti bisa kembali ke sana. Singapore is The Fine City!

NB: Foto-fotonya di kamera Mamaku, kebawa sampai Kediri.. T_T  Ntar nyusul deh... :D

Senin, 23 Juli 2012

Sitting Disease


Dulu, aku termasuk orang yang kadangkala sakit punggung. Awalnya aku kira itu hanya karena salah posisi saat tidur. Sampai aku menemukan istilah “Sitting Disease” atau penyakit terlalu banyak duduk. Oh, ternyata ada juga yang seperti ini.

Penyakit terlalu banyak duduk (sitting disease) ini merupakan satu jenis "tren" baru bagi mereka yang memiliki gaya hidup minim aktivitas atau olahraga. Meski rasanya tak ada yang salah dalam menjalankan kebiasaan ini, namun sebuah riset terbaru mengatakan bahwa ketika tubuh jarang bergerak, maka resiko terkena penyakit jantung, diabetes, kanker, dan obesitas pun melonjak. Para ahli menemukan adanya hubungan antara terlalu lama duduk dengan peningkatan resiko terkena penyakit. Setiap satu jam kita duduk di depan televisi, bisa meningkatkan 18 persen kemungkinan terkena penyakit kardiovaskuler.

Untuk menghindari sitting disease ini, ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu:

Aktivitas selain berolahraga. Bagi yang tak memiliki waktu untuk berlatih fisik setiap hari, masih bisa melakukan kegiatan fisik yang bukan olahraga berat. Aktivitas ini bernama Nonexercise Activity Thermogenesis (NEAT). Yang termasuk dalam kegiatan ini antara lain peregangan, menekuk lutut, memutar pinggang, dan lainnya. Cobalah untuk menargetkan diri melakukan kegiatan ini sepuluh menit dalam setiap jam. Asyiknya, NEAT adalah melakukan kegiatan fisik yang tak perlu mengeluarkan uang. Jadi, ini sangat tepat untuk kita yang tak memiliki uang dan waktu untuk pergi ke pusat kebugaran. Kita juga dapat mengembangkan aktvitas harian dengan berolahraga, misal, dengan mempercepat langkah saat menuju telepon, tak berkutat lama di depan internet, atau sekadar berjalan kaki keliling komplek.

Padukan duduk dan berdiri. Duduk dalam waktu lama tidak sehat untuk manusia, namun berdiri dalam waktu lama pun bisa menimbulkan masalah, seperti punggung sakit dan kaki pegal atau kram. Akan sangat baik untuk mengubah posisi dari duduk ke berdiri dan sebaliknya secara rutin.

Ambil waktu istirahat. Kebanyakan orang sudah mengetahui, bahwa jika tubuh kita tidak beraktivitas fisik, maka timbangan berat badan bisa melonjak, namun hal ini tidak menjadi motivasi yang cukup kuat untuk membuat seseorang mulai bergerak. Jadi,  lebih baik kita mulai memotivasi diri dengan gol kecil. Cobalah untuk melakukan peregangan seluruh bagian tubuh, khususnya otot-otot yang sering kram. Jika kita melakukan peregangan ini 5-6 kali per hari, kita akan merasakan perbedaannya.

Jangan malas! Anggaplah tahun ini adalah tahun sebelum kejayaan internet. Jika ada perlu dengan rekan kerja yang masih ada di lantai yang sama, kunjungilah sesekali. Kurangi pengiriman email yang sebenarnya bisa dilakukan sambil bertatap muka. Kita bisa membina hubungan baik dengan rekan kerja, sekaligus melakukan aktivitas fisik yang menyehatkan.

Kebiasaan baik. Berdiri menggunakan otot lebih banyak, dan membakar kalori lebih banyak ketimbang duduk. Jadi, kita dapat melatih diri untuk berdiri, ketika menerima telepon, misalnya. Menggunakan tangga darurat untuk naik atau turun beberapa lantai dan mengurangi penggunaan lift juga akan membawa dampak baik bagi tubuh.

15 menit untuk 2 jam. Memperlama diri duduk di ruang kerja bisa membuat diri kita lelah. Akibatnya, kita cenderung mengantuk menjelang jam pulang kantor. Namun, ketika kita berjalan kaki sekitar 15 menit di sore hari, kita akan merasa lebih produktif di jam-jam menjelang pulang kantor.

Pertimbangkan transportasi umum. Amat berbahaya untuk mencoba berolahraga sambil menyetir mobil atau kendaraan pribadi. Namun, ketika kita menggunakan kendaraan umum ke tempat kerja, kita bisa berdiri, menggerakkan otot-otot kaki dan tangan, atau turun beberapa meter dari kantor untuk berjalan sejenak menuju kantor. Jika transportasi massal bukan pilihan, kita bisa mencari tempat parkir yang cukup jauh agar bisa berjalan kaki beberapa menit menuju kantor dan sebaliknya, dari kantor ke kendaraan.

Tonton televisi lebih banyak. Ya, Anda tak salah baca, namun jangan senang dulu. Anda boleh menonton televisi dalam waktu lama hanya jika Anda melakukan kegiatan yang cukup mengolah fisik di depannya. Misal, tempatkan treadmill atau sepeda statis di depan televisi. Tak ada alat kebugaran ini? Berbenah sambil menonton televisi, misal, bersih-bersih daerah di depan televisi, juga dapat kita lakukan. Jangan biarkan diri kita melemah karena terlalu banyak bersantai. Riset menunjukkan bahwa semakin lama kita menonton televisi, makin besar pula resiko lingkar pinggang kita melebar, dan makin tinggi pula resiko kita terkena penyakit kardiovaskuler.


Jadi, sudah jelas bahwa terlalu banyak duduk dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh dan meningkatkan resiko kematian. Mereka yang kurang aktif dan lebih banyak menghabiskan waktu lebih untuk duduk mempunyai resiko kematian dua kali lebih tinggi dalam jangka waktu tiga tahun ke depan. Bagi mereka yang berolahraga secara teratur dan mereka yang jarang menghabiskan waktu di tempat duduk, resiko kematian lebih rendah. Jadi, mari kita  lakukan aktivitas paling mudah: berdiri dan berjalan kapan pun kita bisa!


(sumber: Kompas.com)

Sabtu, 23 Juni 2012

"Boss" atau "Leader"?


Tuhan menciptakan manusia dengan segala kekuasaanNya. Kata John Locke, pada saat dilahirkan, manusia itu ibarat kertas yang putih bersih (tabula rasa). Pola asuh dan lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi manusia seperti pada waktu dewasa. Banyak segi kepribadian dan karakter individu yang diperolehnya dari proses belajar.
Karakter tersebut terus menemukan muaranya seiring dengan perkembangan hidup manusia. Selain dipengaruhi oleh sifat bawaan, karakter hasil pengaruh lingkungan itu kemudian menentukan bagaimana manusia berperilaku.

Dalam perilaku kehidupan sehari-hari, manusia pasti berhubungan dengan sesamanya. Bagi kita yang berada di dunia profesional berlabel perkantoran, kerjasama dan komunikasi yang baik mutlak diperlukan agar dapat bekerja dengan baik pula. Aku menulis ini karena terinspirasi oleh perilaku orang-orang di kantorku.

Di kantorku ini, ada ± 160 manusia. Dari jumlah itu, sekitar 13 orang menjabat supervisor dan pimpinan di beberapa bagian, seperti departemen marketing, departemen kredit, departemen operasional, dsb. Memang terkesan aneh, dalam satu kantor ada begitu banyak pimpinan. Tapi karena perusahaan tempatku bekerja ini mempunyai banyak cabang di seluruh Indonesia, dan Surabaya adalah kantor cabang terbesar, maka sebagian besar pimpinan seperti koordinator area, koordinator wilayah, juga para koordinator operasional ditempatkan di Surabaya; tentu dengan tetap berkoordinasi dengan kantor pusat di Jakarta.

Nah, menarik saat mengamati bagaimana para pimpinan dan supervisor ini bekerja. Mereka mempunyai gaya masing-masing. Ada yang begitu terbuka dalam hal koordinasi, ramah, namun tetap tegas dan profesional, sehingga ia disukai oleh kami, para staf, baik yang berada di departemennya maupun bukan. Sebaliknya, ada pimpinan yang terkesan kaku, begitu serius, disegani, bahkan cenderung ditakuti oleh para staf. Ada yang meluapkan emosi secara terbuka, ada pula yang lebih mampu mengelola emosinya. Ada yang dibalik sikap tegasnya memimpin ternyata juga suka melucu dan tertawa keras-keras. Ada pula lho, yang tidak berbahasa Indonesia yang baik, tapi kalau ngomong campur-campur dengan bahasa Jawa! Ada yang moody, alias pas mood-nya baik, ia ikut senang-senang dengan para karyawan, tapi hati-hati aja pas mood-nya jelek... bisa “disemprot” deh...hehe.. Macem-macem lah! :D

Nah, berdasarkan pengamatan itu, aku belajar mengapa ada pimpinan yang –dalam bahasa gampangnya– disukai, disegani, cenderung ditakuti, atau tidak disukai (dibenci). Ternyata itu ditinjau dari bagaimana cara mereka memperlakukan anak buah atau para stafnya. Ada yang disebut “Boss”, dan juga “Leader”.
Boss dan Leader adalah dua istilah yang mempunyai definisi tersendiri, walaupun kelihatannya sama, yaitu seseorang yang memuncaki suatu piramida pekerjaan.



Leader adalah seseorang yang mampu memotivasi bawahannya. Ia mempunyai pikiran yang terbuka untuk menerima kritik, tantangan, maupun ide dari orang lain. Seorang Leader tidak serta merta memerintah bawahannya, namun lebih mendorong mereka untuk melakukan pekerjaannya secara lebih baik. Oleh sebab itu seorang Leader dipandang sebagai contoh yang baik, dihormati dan disukai bawahannya bukan semata-mata karena jabatan ataupun senioritasnya, namun juga karena kemampuan, karakter, serta attitude-nya.

Sebaliknya, Boss dihormati terutama karena kekuasaannya. Boss menciptakan suasana tegang dan rasa takut pada para stafnya, akibat kontrol ketatnya terhadap kinerja mereka. Seorang Boss biasanya tertutup terhadap kritik, tantangan, dan saran dari anak buahnya. Hal ini berarti bahwa pengakuan dan penghormatan yang diterima oleh si Boss adalah karena ketakutan anak buahnya kepada mereka.

Secara garis besar, perbedaan tersebut dirangkum sebagai berikut:
  1. Boss mengarahkan bawahannya, Leader mengajari mereka.
  2. Boss mengandalkan kekuasaan, Leader mengandalkan niat / kehendak baik.
  3. Boss menciptakan ketakutan, Leader menimbulkan antusiasme dan rasa percaya diri.
  4. Boss mengatakan ”Saya”, Leader mengatakan ”Kita”.
  5. Ketika Boss menyalahkan bawahannya, Leader memperbaiki kesalahan mereka.
  6. Boss memerintah bawahannya, Leader meminta kepada mereka.
  7. Boss menggunakan kemampuan karyawannya, Leader mengembangkan kemampuan mereka.
  8. Boss tahu bagaimana cara menyelesaikan sesuatu, Leader menunjukkan bagaimana cara menyelesaikan sesuatu.
  9. Boss membuat pekerjaan menjadi membosankan, Leader membuat pekerjaan menjadi menarik.
  10. Boss mengatakan ”Pergi!”, Leader mengatakan ”Mari kita pergi!”.
  11. Untuk menjadi Leader, seseorang harus memberikan contoh yang baik, sedangkan Boss tinggal memberikan perintah dan menunggu hasil yang dikerjakan oleh orang lain.

Kalau dari segi persamaannya, baik Leader maupun Boss adalah orang yang mempunyai kedudukan di sebuah perusahaan. Sama-sama mempunyai kekuasaan, hanya saja yang satu lebih dihormati karena kualitas dan karismanya, sedangkan satunya dihormati karena ditakuti. Boleh dikatakan bahwa setiap Leader dapat menjadi Boss, tetapi jarang ada Boss yang dapat menjadi Leader.

Dari pembelajaran itu, kesannya memang Leader lebih positif, ya?
Lalu bagaimana caranya seorang Boss dapat menjadi Leader?
Seorang Boss harus menunjukkan bahwa ia mempunyai pengatahuan yang memadai, rencana kerja yang jelas, antisipasi terhadap segala kemungkinan masalah, tinjauan masa depan, tindakan yang nyata, berorientasi pada proses serta hasil, menghargai setiap pribadi bawahannya, serta bertindak sebagai teman sekaligus mentor bagi mereka. Kualitas-kualitas tersebut diperlukan untuk menjadi seorang Leader.
Selanjutnya, seorang Leader yang baik harus dapat membuat anak buahnya menyadari bahwa mereka mempunyai kemampuan lebih besar dari yang mereka pikirkan, sehingga mereka dapat bekerja dengan memaksimalkan kemampuan tersebut secara konsisten. Lebih lanjut, seorang Leader tidak lagi menciptakan pengikut atau bawahan, namun ia dapat menciptakan Leader-Leader baru.

Terlepas dari apakah karakter Boss atau Leader itu dipengaruhi oleh sifat bawaan dan pola asuh masa anak-anak, semuanya kembali pada proses belajar di lingkungan pada masing-masing individu tersebut.

So, which one are you: Boss or Leader?